Ekonomi

Tiongkok dan Jepang Berebut Proyek Kereta Cepat

Kamis, 27 Agustus 2015 Penulis: Wibowo
TIONGKOK dan Jepang berlomba mengajukan tawaran baru kepada pemerintah Indonesia demi memenangi pembangunan kereta api cepat Jakarta-Bandung. Berbagai keunggulan masing-masing negara dalam mengerjakan proyek diungkapkan untuk mengungguli kompetitornya.

Pengamat transportasi Djoko Setijowarno mengatakan Tiongkok unggul dalam sisi finansial untuk pembangunan kereta api cepat Jakarta-Bandung. Dengan penawaran pendanaan mencapai 75% dari nilai proyek high speed rail yang diestimasi butuh investasi awal Rp71 triliun tersebut lewat pinjaman lunak jangka panjang. Sebanyak 25% sisanya akan ditanggung mitra lokal bersama China Railway, BUMN Tiongkok, sesuai dengan porsi kepemilikan saham.

Melalui sistem pendanaan tersebut, ia mengatakan Tiongkok mampu menyediakan kereta api cepat Jakarta-Bandung yang sesuai dengan daya beli masyarakat Indonesia yang berada dalam kategori negara berkembang. Apalagi tenaga kerja Tiongkok relatif murah.

Akan tetapi skema pendanaan yang ditawarkan Tiongkok dikhawatirkan membebani. Pasalnya pinjaman jangka panjang ditanggung dalam waktu lama. "Loan pun nanti anak-cucu yang nanggung," kata Djoko ketika dihubungi, Jakarta, hari ini.

Selain aspek pembiayaan, kehandalan teknologi Tiongkok diragukan bila dibandingkan dengan Jepang untuk proyek kereta api cepat.

Menurutnya, Jepang memiliki kelebihan dalam kehandalan teknologi dibandingkan Negeri Tirai Bambu dalam mengerjakan proyek kereta api cepat. Itu berdasarkan kereta api besutan Negeri Sakura, shinkansen. Bahkan Jepang sudah melaksanakan studi kelayakan pembangunan kereta api cepat sejak 2008 di Indonesia untuk rute Jakarta-Cirebon-Semarang-Surabaya.

Untuk itu, ia menambahkan Jepang mampu membangun kereta api cepat yang bertahan lama dengan jaminan aspek keselamatan dalam transportasi dibandingkan Tiongkok yang unggul dalam pendanaan dan tarif. "Kalau ingin tarif murah, gunakan teknologi dari China, kalau ingin bertahan lama pilih Jepang," tambah Djoko. (Q-1)

 

BERITA EKONOMI
BERITA UTAMA
+ SEE ALL