kasurau – Alasan Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck layak di boikot :
1. Film tak sesuai dengan pemikiran penulis
Buya Hamka dikenal tidak hanya sebagai ulama tapi juga sebagai seorang sastrawan. Seorang ulama memiliki berbagai cara agar dakwahnya dapat diterima oleh masyarakat, salah satunya adalah melalui karya sastra. Seringkali kita mendengar seorang sutradara kesulitan memasukkan sebuah novel menjadi sebuah film, karena mengangkatnya menjadi sebuah film dibutuhkan pemahaman yang luas mengenai watak dari si penulis novel tersebut, sehingga pesan yang disampaikan dapat sampai kemasyarakat sesuai dengan yang diinginkan oleh penulis novel.
Kita lihat poster dan trailer yang telah dirilis, maka hal tersebut akan sangat jauh sekali dari pemikiran seorang buya hamka yang juga seorang ulama dengan menampilkan foto dan dalam film tergambarkan wanita yang hanya menggunakan pakaian tengtop.
2. Hayati tak sesuai dengan pemikiran Buya Hamka
Hayati yang diperankan oleh Pevita Pierce sebagai seorang keturunan bangsawan Minangkabau. Dari poster dan trailer cara berpakaian ini tak layak sekali disesuaikan dengan pemikiran buya hamka. Dan juga Minangkabau tak pernah mencatat dalam sejarah apakah itu bangsawan ataupun masyarakat biasa menggunakan pakaian tengtop layaknya di poster dan trailer. Ini sungguh melecehkan karena setiap penonton akan berfikiran bahwa seperti inilah gambaran seorang Hayati yang ada di dalam benak Buya Hamka.
3. Walaupun ini seni tetapi harus sejalan dengan pemikiran penulisnya.
Nah inilah yang tidak ditemui dalam film tersebut jika melihat ke poster dan trailer. Buya Hamka adalah seorang ulama, pastilah memiliki pesan-pesan di dalam penulisan tersebut dan pesan-pesan tersebut adalah pesan-pesan keislaman. Tentunya siapa saja tidak ingin tulisannya di filmkan tapi kemudian jaub dari nilai-nilai pemikiran sang penulis karena hal tersebut akan mengkaburkan pemikiran-pemikiran yang di usung oleh penulis.
Perihal hal tersebut, pihak-pihak liberal akan sangat senang dengan hal ini. Menampilkan Pevita berpakaian seksi dan justru tak berpakaian rapi dan sopan. Karena inilah dalil yang merek gunakan sebagai pembenaran bahwa Istri Buya Hamka sendiri tak berjilbab tapi orang-orang liberal sendiri tak pernah membahas bahwa jaman tersebut juga tidak akan pernah kita temukan wanita yang menggunakan tengtop, apalagi di Minangkabau.
Film ini akan mengkaburkam pemikiran Buya Hamka sendiri dengan menampilkan wanita-wanita yang berpakaian tak layak yang jika Buya Hamka masih hidup akan menolak poster dan pakaian Hayati sebagaimana di dalam film.
Wallahualam