Beranda / Uncategorized / Bisnis James T Riady Miliki Misi-Misi Tertentu

Bisnis James T Riady Miliki Misi-Misi Tertentu

kasurau – James Riyadi dan Lippo Groupnya melakukan Bisnis Murni. Keyakinan itu tertanam di dalam banyak orang. Dan itulah yang hendak dijelaskan oleh james Riyadi kepada masyarakat Minangkabau.

“Kami punya hati dan Lippo merupakan perusahaan terbuka (Tbk), kami menghormati sensitivitas soal adat dan agama,” kata James Riady kepada Singgalang dalam sebuah wawancara khusus, Selasa (4/6). Menurut dia, Lippo menghormati sepenuhnya kebiasaan, adat dan agama, seperti yang diajarkan para pendiri bangsa.

Karena itu, kata dia, anggapan akan ada kristenisasi lewat Rumah Sakit Siloam, salah besar, tidak akurat dan bukan atas fakta yang ada.“Lihatlah rumah sakit kami di Makassar yang Islamnya kuat dan di Palembang, tidak ada masalah dan tidak ada agenda terselubung. Ini murni bisnis dan untuk memberi pelayanan terbaik bagi anak bangsa,” kata dia. (Singgalang, 6 juni 2013)
Pernyataan Riyadi ini dibantah keras oleh Majalah ‘Asia Magazain’. Pendiri sekali gus editor majalah itu Lee Han Shih menulis; “Of the many rich Chinese doing business in Indonesia, James Riady stands as the only one openly mixing religion with business. “Sekian banyak pebisnis China yang kaya raya di Indonesia, satu-satunya james Riyadi yang menyatakan secara terbuka mencampuradukkan kepentingan bisnis dengan agama”. (Asiamag, 17 maret 2009).

Lippo Group, dulu memang bisnis murni. Namun setelah James Riyadi menjadi Evangelis itu tak lagi bisnis murni. Orang masih ingat betul wawancaranya pada majalah Fortune tahun 2003, saat dia berkata bahwa dia akan membangun 1000 sekolah di kawasan miskin untuk mengkristenkan orang Islam Indonesia; “schools in poor villages all over Indonesia and converting the people there to Christianity. Indonesia is the world’s largest Islamic country with more than 200 million Muslims. (Lihat Theasiamag.com dengan judul James Riady – The Evangelical Felon oleh LEE HAN SHIH Mar 17, 2009)

Sejak dia mengakui dosa dan kesalahannya, lalu menangis dan menangis sendu, dia pun menjadi Kristen yang tulus. Seperti yang dia ungkapkan di majalah Fortune :

…..the midst of all the chaos, Riady told FORTUNE he was “taking off” from the cable business for at least two years to study divinity and political science. For one thing, he suffered three heart blockages a year ago, had a balloon inserted, and is rethinking his life. “Some might call it a sabbatical, but I may not come back to what I did before,” he says. “I don’t like the details of running a business.” Riady is expanding his private-school system in Lippo Village–where the Christian teachers are not permitted to smoke in their own homes or visit a nightclub in their spare time–hoping to open 1,000 schools in Indonesia’s poorest villages. He says he wants to lift the “spiritual and moral standards” of his country. He has also met with Pat Robertson to discuss launching a Christian network in Indonesia.

Riady says he became a born-again Christian in 1990 after his business success grew into an “emptiness” that led to a depression. “I was so desperate,” he says. “I couldn’t even look at my wife, or talk to her, or kiss her. I started praying in my room, and God showed me this film–a reflection of my life. Everything that came out was all the sins I committed. I thought I was a good man. God said, ‘You’re a horrible man.’ I cried and cried and cried–big sins, small sins. Since then I try to be a better person, and my life has changed. One by one, the family has all turned to the Lord.” (….tengah-tengah semua kekacauan itu, Riady mengatakan pada FORTUNE ia siap “lepas landas” berbisnis TV kabel setidaknya dua tahun untuk mempelajari Keimanan keilahian dan ilmu politik. Untuk satu hal, ketika ia menderita tiga penyumbatan jantung tahun lalu, bahkan jantungnya ditolong dengan ballon inserted, saat itu dia memikirkan kembali hidupnya.

“Orang mungkin menyebutnya cuti, tapi aku mungkin tidak akan kembali ke apa yang saya lakukan sebelumnya,” katanya. “Aku tidak suka rincian menjalankan bisnis.” Riady lalu memperluas sistem sekolah swasta di Lippo Village – di mana guru-guru Kristen tidak diizinkan untuk merokok di rumah mereka sendiri atau mengunjungi klub malam di waktu luang mereka. Dia berharap dapat membuka 1.000 sekolah di desa-desa termiskin di Indonesia. Dia mengatakan dari sekolah itu berkeingin mengangkat “standar spiritual dan moral” dari negaranya dapat diwujudkan. Dia juga telah bertemu dengan Pat Robertson untuk membahas meluncurkan jaringan TV Kristen di Indonesia”.

“Riady mengatakan ia menjadi seorang Kristen yang terasa dilahirkan kembali pada tahun 1990 setelah sukses bisnisnya bangkrut yang menyebabkan depresi. “Aku begitu putus asa,” katanya. “Aku bahkan tidak bisa melihat istri saya, atau berbicara dengannya, atau menciumnya saya mulai berdoa di kamar saya, dan Tuhan menunjukkan kepada saya gambar kehidupan saya sebagai layaknya film … Saya melihat refleksi kehidupan saya dan yang nampak adalah semua dosa, komitmen saya. Ketika saya pikir saya adalah orang baik, Allah berkata, ‘Kau pria yang mengerikan.’ Saya menangis dan menangis dan menangis -. Ingat dosa besar, dosa kecil. Sejak itu saya mencoba untuk menjadi orang yang lebih baik, dan hidup saya telah berubah, Satu demi satu, bersama keluarga telah semua mengarah menuju Tuhan “.

Baca :   Mahyeldi Turun Langsung Tinjau Banjir Padang

Sejak itu dia menjadikan bisnisnya sebagai alat untuk tujuan missionaris. The Asia Mgazain menusli : For years, Riady has talked about giving up business to become a missionary. “Once you have seen eternity, it changes the way you see things,” he declared. As he is still running Lippo from Indonesia today, it would seem that eternity is taking a backseat to earthly gains ( Selama bertahun-tahun, Riady telah mengatakan hasratnya untuk menyerahkan diri dari bisnis untuk menjadi seorang misionaris. “Setelah Anda melihat keabadian, maka mengubah cara Anda berpikir dalam melihat segala hal-hal,” katanya. Meski saat ia masih bersama Lippo dari Indonesia hingga hari ini, akan terlihat bahwa Keabadian itu telah mempengaruhinya dalam keuntungan duniawi”.

Itulah sebabnya jejak rekam James Riyadi lebih satu dasawarsa terakhir berbuat untuk kepentingan missi. Misalnya untuk sebuah pekerjaan missi evangelis yang bernama “Misi Penerobos” atau Breakthrough mission yang memegang peran utama dalam penginjilan di Indoensia. Situs Breakthroughmission com menulis : “In furtherance of the founding vision and commission that God has for Breakthrough Missions; that everyone should be free from bondage and enjoy true freedom as a child of God, Breakthrough Missions took a big step of faith by partaking in evangelistic work in Indonesia as early as 1994. (Kelanjutan dari visi pendiri dan komite yang Tuhan karuniakan untuk ‘Misi Terobosan’, bahwa setiap orang harus bebas dari perbudakan dan menikmati kebebasan sejati sebagai anak Allah, Misi Terobosan mengambil langkah besar dari iman dengan mengambil bagian dalam pekerjaan penginjilan di Indonesia sejak tahun 1994.
Untuk ini dia tak akan berfikir panjang dalam memberikan bantuan. “

“In the same year, God brought Mr. James Riady, Managing Director of the Lippo Group of Companies to visit us in Singapore. In seeing how the lives of drug-addicts are transformed by the power of the Gospel, he was deeply moved. Mr. Mochtar Riady, Chairman of the Lippo Group was stirred by what he had seen and offered us a site to establish Breakthrough Missions Jakarta. We were blessed with a big stretch of land with the capacity to house 100 residents. Mr. Riady not only offered us land but also his time by being personally involved with the planning and setting up of the new home. (Pada tahun yang sama, Tuhan membawa Pak James Riady, Managing Director Lippo Group of Companies untuk mengunjungi kami di Singapura. Dalam melihat bagaimana kehidupan pecandu obat-obatan ditransformasi oleh kuasa Injil, ia sangat terharu. Mr Mochtar Riady, Ketua Kelompok Lippo diaduk dengan apa yang dilihat dan menawari kami sebuah situs untuk membangun Terobosan Misi Jakarta. Kita diberkati dengan luas tanah dengan kapasitas untuk 100 rumah warga. Mr Riady tidak hanya menawarkan kita lahan, tapi juga waktunya dengan menjadi terlibat secara pribadi dengan perencanaan dan mendirikan rumah baru).

Di samping menggeluti bisnisnya James Riyadi dalam kesehariannya aktif ke berbagai gereja. Meski dalam berbagai kesempatan dia disebut ‘hamba tuhan atau pendeta, tapi dia jelas evangelical, penginjil.

Dalam berbisnis dia tak lagi murni seperti dulu. Dalam setiap tempat utama bisnisnya dibangun gereja besar, sekolah penginjil serta bermunculan lambang-lambang Kristen. Karena itu keliru sekali kalau dikatakan bisnis james Riyadi di bawah bendera Lippo Groupnya murni dan terbebas dari pengaruh agama. Kalau murni mengapa di sana banyak dipakai istilah-istilah, lambang-lambang dan ayat-ayat Bibel?

Diantara lambang itu adalah lambang sekolah pelita harapan, Universitas pelita harapan, rumah sakit Siloam yang semuanya menunjukkan misi gerakan missionaris.

Jika Anda masih beragumen lain, tentu ada yang salah dalam pikiran anda.

Demikianlah James Riyadi satu-satu pebisnis China yang kaya raya di Indonesia yang terang-terangan mengatakan bisnisnya dipersembahkan untuk kepentingan missionaris. 

Sumber : Facebook Ibnu Aqil D. Ghani 
Wakil Ketua Forum Masyarakat Tolak Siloam

Lihat Juga

Tentang Abu Faguza Abdullah

Hai orang-orang mu'min, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (Q.S. Muhammad: 7)

Lihat Juga

Aksi Rakyat Palestina Selama Ramadhan

serambiMINANG.com – Infopalestina: Bulan Ramadhan adalah Bulan Barokah, begitulah orang umat Islam  menyebutnya. Mereka bergembira …

Tinggalkan Balasan

Bisnis James T Riady Miliki Misi-Misi Tertentu - Serambi Minang