Beranda / Uncategorized / Di Balik Kekurangan Ada Kelebihan, Kisah Si Buta Mahasiswa Mesir

Di Balik Kekurangan Ada Kelebihan, Kisah Si Buta Mahasiswa Mesir

KASURAU – Waktu saya masih kuliah S1 dulu, saya punya seorang teman Mesir yang tidak bisa melihat. Namanya Ihab Yunus.

Dia di antara teman-teman Mesir yang bisa bicara dengan bahasa fushah (resmi), bukan ‘ammiyah (bahasa sehari-hari). Biasanya yang mau akrab dengan mahasiswa asing adalah yang bisa berbahasa fushah.

Sekalipun tidak bisa melihat, hafalan al Qur’annya bagus, disertai suara yang merdu. Dia juga jago baca al Qur’an mujawwad (pakai irama) dan ibtihalat (pujian untuk Rasulullah).

Saya senang berteman dengan dia karena suka membantu mengulangkan pelajaran. Sebagian dosen yang mengajar pakai ‘ammiyah kadang susah dipahami, karena kita masih baru. Dialah yang bantu menjelaskan ulang kepada saya. Bahkan kadang-kadang penjelasan darinya lebih lugas dan gampang dipahami.

Cuma dia kurang suka dengan pelajaran yang berbau filsafat, seperti mantiq, filsafat dan milal wan nihal. Apalagi bahasa Inggris. Gara-gara itu dia jadi rasib di tingkat 2, ketika mau naik ke tingkat 3. Setelah itu kita jadi kurang banyak ketemu dan nanya-nanya pelajaran.

Kalau pelajaran mantiq dia lebih suka masuk di lokalnya Prof. DR. Muharram Huwaini. Karena beliau juga tidak bisa melihat. Kalau ngantuk atau ketiduran tidak akan dimarahi.

Selain itu dia punya banyak stok cerita lucu dan menarik. Itu yang membuat teman-teman sering melingkar di sekitarnya. Sebelum jam pelajaran dimulai atau di sela-sela pelajaran dia menyampaikan cerita menariknya (nuktah).

Almuhim……yang ingin saya ceritakan kali ini adalah kelebihan teman saya yang satu ini….Dia bisa mengenali saya dari bau. Hehehe…..

Karena sudah akrab, dia bisa mengetahui keberadaan saya dari bau badan. Lucu memang….

Suatu kali seperti biasanya, sebelum jam kuliah dimulai kita ngumpul-ngumpul dengan teman-teman yang lain. Ketika baru datang saya tidak mengucapkan salam, tapi langsung saja secara diam-diam ikut nimbrung dekatnya mendengarkan cerita-cerita baru dan kocak, karena takut merusak suasana. Sekalian juga melatih pendengaran dengan bahasa ‘ammiyah.

Tidak beberapa lama ia memutuskan orasinya dan langsung teriak seperti memanggil orang dari kejauhan. “Ya Zulfi, kenapa kamu datang tanpa menyapa dan ngucapin salam?!”. (Ya Zulfi, enta tahdhur ma’ana mafisy salam wa la kalam, lee?)

Baca :   Mahyeldi, Sosok Pemimpin Yang Mengunjungi Rakyatnya di Waktu Subuh

Tentu saja saya kaget, bahkan sebagian teman yang lain juga heran. Tapi kawan-kawan yang sudah lama akrab dengannya merasa biasa saja. Mereka sudah tahu hal itu.

Saya tidak menjawab pertanyaannya, tapi malah balik bertanya: Bagaimana kamu tahu kalau saya sudah hadir di sini?

Dia menjawab sambil senyum-senyum: “Min raihatik. Asyummak” (Dari baumu).

Subhanallah…….Di balik kekurangannya, Allah memberikan kelebihan yang tidak dimiliki orang lain.

Barangkali itulah penyebab ia selalu ceria sekalipun tidak bisa melihat. Dia tidak seperti merasa ada kekurangan, apalagi minder. Dia mampu melebur dengan teman-teman yang lain tanpa ada masalah. Bahkan ketika ada rihlah/jalan-jalan ke taman Qanathir ia juga ikut dan bergembira sebagaimana orang gembira. Bahkan justru dia kelihatannya orang paling bahagia di antara kami.

Di lain waktu, ketika kita sesama mahasiswa Indonesia ngumpul-ngumpul di pelataran kampus, tiba-tiba saya melihat dia datang dari kejauhan. Saya berkata kepada beberapa teman dan adik tingkat yang berada di samping saya: “Coba lihat orang yang tidak bisa melihat ini, dia bisa mengenali saya melalui bau badan”. Awalnya mereka tidak terlalu tertarik dengan perkataan saya. Tapi…..

Di saat dia pas lewat di depan kami, tiba-tiba dia berhenti dan berkata sesuatu kepada orang yang menuntunnya. Sejenak ia memutar kepala ke kiri dan kanan, seperti lagi mencari sesuatu. Lalu ia berteriak: “Ya Zulfi, enta maujud hina?” (Ya Zulfi, kamu ada di sini?)

Serempak semua kawan-kawan yang berada di sana ketawa. Hahahahaha…….bau kamu dahsyat, kata mereka. Sampai bisa diketahui oleh kawan Mesir ini.

Maha benar Allah yang telah mengatakan ungkapan Nabi Ya’qub ketika saudara-saudara Nabi Yusuf datang membawa baju gamis beliau:

“….Sesungguhnya aku mencium bau Yusuf, sekiranya kalian tidak menuduhku lemah akal” (Yusuf: 94)

Zulfi Akmal, Lc, MA

Lihat Juga

Tentang Abu Faguza Abdullah

Hai orang-orang mu'min, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (Q.S. Muhammad: 7)

Lihat Juga

Awas ! Ini Tanda – Tanda Jin Menyukai Anda

SerambiMINANG.com -Jin merupakan mahluk Allah dan mereka juga hampir sama dengan kita walaupun berada di …

Tinggalkan Balasan

Di Balik Kekurangan Ada Kelebihan, Kisah Si Buta Mahasiswa Mesir - Serambi Minang