KASURAU – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) jalin kerjasama dengan Meteo Swiss untuk memantau perubahan iklim global.
Pemantauan ini dilakukan lewat stasiun Global Atmosphere Watch (GAW) Bukit Kototabang, Palupuh, Agam, Sumatera Barat. Saat ini, GAW Kototabang merupakan satu dari 33 stasiun serupa yang tersebar di sejumlah negara di dunia.
“Pemilihan lokasi kerjasama BMKG-Meteo Swiss dalam program Catcos di stasiun GAW Bukit Kototabang merupakan kepercayaan dari dunia internasional bahwa kita mampu melaksanakan program tersebut,” kata Gubernur Sumbar Irwan Prayitno.
Kerjasama BMKG-Meteo Swiss tersebut untuk memantau perubahan iklim dan pemanasan global yang menjadi persoalan dunia saat ini.
Direktur BMKG Andi Eka Sakya mengatakan, Stasiun GAW Koto Tabang ini difungsikan untuk memberikan laporan dan data-data kepada dunia internasional terkait iklim global.
“Kerjasama yang dilakukan hari ini merupakan langkah perbaikan sistem dan peralatan yang nantinya akan dibantu oleh beberapa negara untuk lebih mengakuratkan laporan hasil penelitian sesuai kebutuhan dan kemajuan teknologi saat ini,” ujarnya.
Dipilihnya Sumbar sebagai salah satu lokasi pemantauan iklim global karena dinilai masih memiliki kondisi hutan yang lebih baik. Dia membantah jika Indonesia dikaitkan dengan negara penyumbang gas rumah kaca dalam jumlah yang tinggi.
Ia mengatakan, hasil penelitian mendalam menunjukkan Indonesia sangat rendah dalam menyumbang Gas Rumah Kaca (Co2) karena masih memiliki alam dan hutan yang baik. Ia menggambarkan, kondisi alam saat ini telah mengalami kejenuhan karena aktivitas manusia seperti asap pabrik, kendaraan bermotor, kebakaran hutan, sehingga mengalami penumpukan gas CO2.
Penumpakan ini yang memicu terjadinya pemanasan global. “Pemanasan global menyebabkan perubahan iklim yang cukup ekstrim, dan ini menyebabkan siklus antara musim hujan dan kemarau juga mengalami pergeseran,” katanya.
Keberadaan GAW Koto Tabang ini sebagai pembuktian pada dunia internasional terkait kondisi alam di Indonesia. Hasil pengukuran pencermaran udara yang dilakukan negara-negara anggota WHO tahun 1989 mengambarkan sedang terjadi permasalahan dalam lingkungan alam global.
Permasalahan ini berupa penipisan ozon di strastosfer, hujan asam, kabut asap, dan peningkatan gas rumah kaca di atmosfer.
Kerjasam BMKG-Meteo Swiss ini dihadiri Duta Besar Swiss H E Heinz Walker- Nederkoorn. (kp)