KASURAU – Setelah dia dijebloskan ke dalam penjara perseorangan, masuklah seorang pejabat tinggi keamanan menengoknya. Untuk memastikan sekaligus memantau lelaki yang sangat diperhitungkan oleh seluruh perangkat kudeta, beribu-ribu perhitungan. Dan kunjungan ini kelihatannya sudah dirancang sedemikian rupa oleh para ahli, sebagai bagian dari scenario besar yang direncanakan, baik oleh pihak internal maupun eksternal. Targetnya untuk menceraiberaikan para pimpinan Islam agar tak diperhitungkan lagi dimasa datang. Dengan cara menghancurkan bangunan kejiwaan dan emosional mereka yang kemudian disusul dengan pelenyapan jasad mereka dari muka bumi.
Sang panglima Islam yang beriman ini, dengan pakaian lusuhnya, rambut yang kusut, serta tangan dan kaki yang diborgol, terbaring di atas lantai penjara yang dipenuhi kecoa dan serangga lainnya. Sedangkan pejabat tinggi keamanan ini masuk dengan segala pakaian lengkap kebesarannya. Gagah dengan pakaian militer yang rapi dan bintang-bintang penghargaan di pundak dan dadanya.
Langsung saja sipejabat militer ini menumpahkan tsunami cacian, celaan serta umpatan, diiringi kata-kata kotor dan kalimat-kalimat sangat menyayat hati, bahkan menggoncangkan tiang-tiang penjara. Hampir saja singa yang tertidur jadi terbangun dan tersentak demi membalas dendam atas nama kehormatan diri dan kemanusian.
Setiap kali pejabat militer ini hampir selesai dari satu hidangan cacian dan celaan, segera saja dia mengeluarkan stok cadangan cacian lain yang (sepertinya) tak pernah habis. Karena memang, dia tak punya yang lain selain cacian, dan tak kenal yang lain selain celaan. Itu merupakan tabungan dari seluruh pelajaran dan wawasan yang dia miliki dan dapatkan dari pendahulunya. Itu juga buah dari semua pelatihan dan training yang dia ikuti selama menjadi militer. Baik di dalam maupun di luar negeri, yang membuat dia layak menggeluti semua “tugas” dan “perannya”.
Sang “tawanan” merespon ini semua, kadang dengan diam, kadang dengan senyuman prihatin dan kasihan. Tapi itu cukup untuk membuat kesal sipejabat militer itu. Atau malah hampir saja mematikan akal dan syaraf-syarafnya. Kalau tidak ada lagi cara yang dapat dilakukannya untuk menekan tawanan tsb, sipejabat itu terdiam sejenak. Lalu tiba-tiba ia berteriak: “Kenapa kau tak jawab pertanyaanku???”
Ketika itu, terdengarlah jawaban dengan tenang, penuh kemantapan hati: “Kenapa engkau paksa aku menjawab pertanyaanmu? Sedangkan engkau mengarahkan kepadaku tsunami tuduhan, cacian dan celaan. Apakah engkau menginginkan aku membalasnya seperti itu juga?? Sesungguhnya aku tak punya yang seperti itu. Bahkan aku tidak sanggup melakukannya. Kosa kataku tidak sama dengan kosa katamu.Wawasanku bukan wawasanmu, tugasku bukan seperti tugasmu. Walaupun penampilan kita sangat jauh berbeda dan tak seimbang, tapi aku seorang yang punya prinsip hidup, pemikiran dan akhlak. Dan aku adalah bagian dari sebuah proyek peradaban besar yang meliputi aku, juga dirimu dan seluruh rakyat mesir. Bahkan seluruh arab dan kaum muslimin serta seluruh dunia. Bahkan, melampai batas-batas dunia yang kita lalui saat ini, menuju luasnya akhirat.
Karenanya, aku tidak punya sedikitpun waktu luang untuk mendengarkanmu. Percayalah, aku tak ingat lagi satu kalimatpun yang telah keluar dari mulutmu. Yang tersisa dalam ingatanku hanyalah gema teriakanmu. Yang paling aku keluhkan darimu adalah engkau telah memotong khalwatku, mengganggu komunikasi khususku yang sedang aku lakukan dengan….
Tiba-tiba pejabat militer itu memotong pembicaran tawanan tsb sambil berteriak dan membentak: “Bagaimana bisa engkau bawa alat komunikasi ke penjara ini, Haah!!!… ini pidana baru yang bisa kutambahkan kerangkaian pidanamu…!!!” Ha… ha… ha…
Pejabat militer yang preman itupun tertawa terbahak-bahak. Hampir saja dia terduduk kalau tidak terhalang oleh rantai-rantai besi yang ada disekitarnya. Tawanan itupun menjawab: “Kenapa engkau tak beri aku kesempatan menyelesaikan pembicaraanku?. Komunikasi khusus yang aku maksudkan adalah komunikasi khusus antara aku dan Rabbku. Baik melalui kitabNya maupun melalui munajat kepadaNya.
Seketika itu, seluruh persendian tubuh sipejabat itu seperti terkena sentruman listrik. Dan hampir saja ia terjatuh kalau dia tidak segera bersandar ke dinding penjara.
Ia pun melontarkan pertanyaan terakhir kepada sang tawanan: “Apakah engkau masih mau bicara dan menyampaikan sesuatu?”. Dengan tenang dia menjawab: “Ya.. Pergilah engkau segera ke kantormu yang enak. Jika engkau masih seperti ini sampai kau mati, maka terminal akhirmu adalah neraka saqar, insya Allah. Sedang aku akan tetap di dalam penjaraku. Dan jika aku tetap dalam kondisi seperti ini, maka terminalku nanti insya Allah di tempat yang disenangi, di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa. Sesungguhnya neraka telah dihiasi dengan syahawat, sedangkan sorga dihiasi dengan segala yang tdk disukai.
Dari tulisan : Syekh DR. Nadir Abdul Aziz An Nuury (Kuwait)
Diterjemah oleh : Ustadz Irsyad Syafar, Lc. Med