KASURAU – Hasil Pemilu Raya (PEMIRA) PKS di Sumbar yang diadakan serentak di seluruh kabupaten/kota pada tanggal, 29-30 November, menempatkan Presiden PKS Anis Matta di posisi teratas dengan perolehan suara 16,96 persen. Ditempel secara ketat oleh Gubernur Sumbar Irwan Prayitno dan mantan Presiden PKS Hidayat Nur Wahid, dengan selisih suara hanya 0,49 persen dan 0,68 persen masing-masingnya.
Sedangkan Menteri Komunikasi dan Informasi Tifatul Sembiring berada di posisi keempat dengan perolehan suara 14,96 persen. Posisi kelima ditempati Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan dengan perolehan suara 10,04 suara, dan mantan Ketua KAMMI Pusat yang ketua sebagai anggota Komisi III DPR RI Fahri Hamzah dengan perolehan suara 5,02 berada di posisi keenam.
Ketua DPW PKS Sumbar Trinda Farhan Satria mengaku puas atas hasil Pemira ini. Menurutnya, tampak sekali kebersamaan, kesolidan, dan antusias kader dan simpatisan dalam pelaksanaan Pemira ini. ”Semangat kader dan simpatisan supaya PKS mengajukan calon presiden dari kalangan internal sendiri begitu besar. PKS sebetulnya tidak kekurangan kader untuk dimajukan sebagai calon presiden,” tegasnya.
Sebagai ketua DPW, ia merasa bangga karena salah seorang kadernya yang saat ini menjadi gubernur Sumbar, termasuk kandidat yang diperhitungkan untuk maju sebagai calon presiden. “Ini bukti bahwa kinerjanya selama kurang lebih tiga tahun menjadi gubernur, telah diterasakan hasilnya oleh masyarakat. Selanjutnya, hasil ini akan diserahkan kepada Majelis Syura dan Majelis Syura-lah yang berhak menentukan siapa yang akan dimajukan sebagai calon presiden dari PKS,” katanya.
Ketua Dewan Syariah Wilayah PKS Sumbar Muhammad Yasin mengatakan, Pemira berjalan lancar. Takada pelanggaran. ”Apanya yang mau dilanggar, pestanya pesta kita. Kandidatnya saja tak ada yang berkampanye macam-macam,” katanya.
Cuma pelaksanaannya yang terkesan agak lama, karena berlangsung selama dua hari, itu pun sampai sore hari. Tidak sebagaimana pemilu pada lazimnya yang hanya berlangsung selama satu hari, itu pun hanya sampai siang hari. ”Ini mengingat kader dan simpatisan kita juga banyak yang berkerja dan memiliki keperluan lain. Dan pada saat hari pencoblosan, Pemira kita tidak kuasa menetapkan sebagai hari libur,” candanya.(padek)