KASURAU – Seorang musafir tak pernah ingin menetap di negeri yang dikunjunginya. Dia pasti ingin kembali ke kampung halamannya. Menemui keluarga tercinta dan berkumpul bersama mereka.
Di negeri yang dikunjunginya, dia takkan berlama-lama. Tinggal ditempat sewaan sementara, kecil, simpel dan tak perlu memiliki semua perangkat menetap. Hati dan fikirannya selalu mengingat kampung halaman.
Bila hendak pulang kampung, dia pasti akan menyiapkan oleh-oleh terbaik. Bahkan tidak sekedar oleh-oleh, kalau bisa malah membawa tambahan bekal dan dana untuk peningkatan taraf hidup di negeri sendiri.
Hidup di dunia ini ibarat musafir. Hanya sebentar tak lama-lama. Laksana orang yang berteduh di bawah pohon, setelah cukup istirahat dan pulih tenaga, diapun segera berangkat. Takkan menetap dan bermukim di pohon tersebut.
Akhiratlah kampung abadi yang akan menjadi tempat menetap, yang perlu dipersiapkan, dibekali dan diutamakan. Dan hanya orang-orang cerdas yang melakukannya.
Hidup di akhirat jauh, jauh lebih panjang dari hidup di dunia. Bahkan dunia hanya sekejap. Satu hari dunia sama dengan 1000 tahun diakhirat. Atau dengan bahasa lain, umur kita di dunia (bila sampai 50an tahun) hanyalah satu jam saja di akhirat.
Karenanya, betapa tidak adilnya kita bila tidak maksimal menyiapkan diri dan bekal tuk hidup yang begitu panjang, lalu terlalu banyak yang ditumpuk tuk hidup yang sementara dan teramat pendek.
Wallahu A’lam.
Irsyad Syafar, Lc, M.Ed