KASURAU – Syekh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’dy, kerap disebut dengan Syekh As-Sa’dy, adalah ulama besar Arab Saudi yang berasal dari kota Qasim. Di antara muridnya yang kemudian menjadi ulama besar juga adalah Syekh Muhammad bin Saleh Al-Utsaimin, rahimahumullah jamii’an. Di antara kitabnya yang sangat terkenal adalah kitab tafsir yang berjudul :
تيسير الكريم الرحمن في تفسير كلام المنان
Kitab yang juga lebih dikenal dengan sebutan “Tafsir As-Sa’dy” ini, dinyatakan para ulama memiliki keunggulan karena memberikan penafsiran secara ringkas dan lugas serta langsung kepada inti pemahaman serta pelajaran yang terkandung dari ayat yang dimaksud tanpa masuk kepada wilayah perdebatan yang panjang lebar. Sehingga cocok dibaca oleh semua kalangan. Bahkan kesimpulan yang beliau berikan juga kadang tidak terlepas dari persoalan umat kekinian.
Misalnya ketika beliau memberikan kesimpulan dari ayat 91 surat Huud,
قَالُواْ يَا شُعَيْبُ مَا نَفْقَهُ كَثِيرًا مِّمَّا تَقُولُ وَإِنَّا لَنَرَاكَ فِينَا ضَعِيفًا وَلَوْلاَ رَهْطُكَ لَرَجَمْنَاكَ وَمَا أَنتَ عَلَيْنَا بِعَزِيزٍ
“Mereka (kaum Nabi Syu’aib yang menentangnya) berkata, “Hai Syu’aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan itu, dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kami seorang yang lemah di antara kami; Kalau tidaklah karena keluargamu tentulah kami telah merajam kamu, sedang kamupun bukanlah seorang yang berwibawa di sisi kami.” (QS. Hud: 91)
Beliau menjelaskan;
Di antaranya (pelajaran yang terkandung dalam ayat), bahwa Allah membela kaum beriman dengan banyak sebab, kadang sebagiannya mereka ketahui, kadang sebagiannya tidak mereka ketahui. Boleh jadi mereka dibela dengan sebab sukunya, atau masyarakat di negerinya yang masih kafir, sebagaimana Allah membela Nabi Syuaib dari rajam kaumnya karena sebab keluarganya. Ikatan-ikatan yang karenanya dapat menjadi sebab terbelanya Islam dan kaum muslimin, tidak mengapa diusahakan, bahkan boleh jadi hal itu diwajibkan. Karena melakukan perbaikan dituntut berdasarkan kemampuan dan kemungkinan.
Berdasarkan hal itu, seandainya kaum muslimin yang berada di bawah kekuasan orang-orang kafir membantu dan mengusahakan negerinya menjadi republik sehingga setiap individu dan rakyat dapat meraih hak mereka baik yang bersifat agama maupun dunia, maka hal itu lebih baik dibanding mereka tunduk menyerah kepada sebuah negara yang memberangus hak-hak mereka, baik agama maupun dunia, dan berupaya membasmi mereka atau menjadikan mereka hanya sebagai kacung dan budak orang-orang kafir tersebut.
Benar, jika memungkinkan negara tersebut dimiliki kaum muslimin dan merekalah penguasanya, maka itulah yang seharusnnya. Akan tetapi, karena tingkatan tersebut belum memungkinkan, maka tingkatan berikutnya yang di dalamnya dapat memberikan pembelaan dan perlindungan bagi agama dan dunia hendaknya didahulukan. Wallahua’lam.
—————————————————————————-
• Berikut ini teks aslinya dalam bahasa arab
ومنها أن الله يدفع عن المؤمنين بأسباب كثيرة قد يعلمون بعضها وقد لا يعلمون شيئا منها وربما دفع عنهم بسبب قبيلتهم أو أهل وطنهم الكفار كما دفع الله عن شعيب رجم قومه بسبب رهطه وأن هذه الروابط التي يحصل بها الدفع عن الإسلام والمسلمين لا بأس بالسعي فيها بل ربما تعين ذلك لأن الإصلاح مطلوب على حسب القدرة والإمكان.
فعلى هذا لو ساعد المسلمون الذين تحت ولاية الكفار وعملوا على جعل الولاية جمهورية يتمكن فيها الأفراد والشعوب من حقوقهم الدينية والدنيوية لكان أولى من استسلامهم لدولة تقضي على حقوقهم الدينية والدنيوية وتحرص على إبادتها وجعلهم عمَلَةً وخَدَمًا لهم
نعم إن أمكن أن تكون الدولة للمسلمين وهم الحكام فهو المتعين ولكن لعدم إمكان هذه المرتبة فالمرتبة التي فيها دفع ووقاية للدين والدنيا مقدمة والله أعلم