Serambi Minang Media Dakwah Sumatera Barat
KASURAU – Rencana pendirian Iranian Corner di Universitas Andalas telah menimbulkan resistensi banyak pihak menyangkut sejumlah hal.
Pertama, keberadaan Iranian Corner sulit dipisahkan dari kepentingan penyebaran ajaran-ajaran Syiah. Sungguhpun Iranian Corner lebih diorientasikan kepada pemahaman terhadap bahasa, sastra dan teknologi Persia dan Iran, keniscayaan dan integrasi ajaran-ajaran Syiah sulit dipisahkan.
Kedua, perdebatan tentang Syiah menciptakan potensi perpecahan umat Islam di Ranah Minang khususnya dan stabilitas sosial pada umumnya. Belajar dari sejumlah kasus di Sampang, Yogyakarta atau Sulawesi Selatan, hubungan antara Sunni dan Syi’ah justru memperlihatkan ketegangan yang tidak menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Dikhawatirkan hal yang sama bakal terjadi di Ranah Minang bila Universitas Andalas membuka gerbang masuknya ajaran, ideologi dan pemikiran Syiah ke daerah ini lewat pembentukan Iranian Corner.
Ketiga, pendirian Iranian Corner dianggap berbeda dengan pusat kajian lainnya. Bila American Corner lebih kepada demokrasi dan politik ala Barat, Chinese Corner terkait dengan kebangkitan ekonomi Tionghoa, atau Japanese Corner lebih kepada kemandirian bangsa Jepang, maka Iranian Corner identik dengan internasionalisasi ideologi Syiah.
Keempat, pendirian Iranian Corner dikhawatirkan akan menggoyahkan sendi-sendi akidah mahasiswa yang masih dalam proses pencarian jati diri keislaman. Ketidaktahuan, dangkalnya pemahaman, keraguan atau ketidakpedulian menyangkut kompleksitas Sunni-Syiah bisa berakibat terjadinya pendangkalan akidah para peserta didik.
Atas masukan dari berbagai pihak, ulama, dosen, mahasiswa, aktivis dakwah kampus, dan lain-lain. Rektor Universitas Andalas akhirnya memutuskan bahwa pendirian Iranian Corner ditunda sampai waktu yang tidak ditentukan. Penjelasan ini sekaligus mengakhiri perdebatan pro-kontra pendirian Iranian Corner di Universitas Andalas.
Donny Syofyan
Koordinator Iranian Corner
(*)
