Mereka tidak sempat menikah karena beberapa faktor keadaan yang menekan, seperti ia tertekan dari musuh-musuh Islam sehingga harus dipenjara hingga ajal menjemputnya sebagaimana Syaikh al Islam Ibnu Taimiyyah-rahimahullah ta’ala-
KASURAU – Hidup membujang tidak pernah dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Sebab bertentangan dengan fitrah manusia yang cendrung menyukai lawan jenisnya. Dengan menikah maka pintu-pintu amal akan terbuka lebar. Oleh karenanya pernikahan sering disebut jalan untuk menyempurnakan agama. Tidak hanya itu, dengan menikah maka keberkahan akan datang menghampiri. Rejeki lancar,dan pikiran menjadi tenang.
Bagi yang sudah siap lahir batin maka disarankan untuk segera menikah. Sebab jika ditunda-tunda maka bisa terjerumus kepada perbuatan maksiat. Kalau nyatanya belum sanggup menikah, Rasulullah memberikan opsi terbaik yaitu menjalankan puasa sunnah. Bagi yang belum menikah tidak usah berkecil hati jika memang sudah berikhtiar menjemput jodoh. Tidak perlu pula menitikkan air mata jika ditolak lamarannya. Jalani saja. Toh yang namanya jodoh telah ditetapkanNya di Lauh Mahfudz sana. Akan tetapi dengan syarat ada usaha dan doa untuk menggapainya. Bagi yang masih bujangan jangan pula larut dalam kesedihan. Ambil saja hikmahnya. Bisa jadi Allah ingin memantaskan diri kita sebelum saat itu tiba. Barangkali pula Allah ingin melihat sejauh mana kesabaran kita terhadap ujianNya. Mungkin Allah ingin mempertemukan kita dengan pasangan yang terbaik disaat yang tepat kelak.
Ada orang yang membujang karena belum dapat pasangan. Sebenarnya hati sudah sangat ingin menikah, mental ok, materi ada, tapi apalah daya jika jodoh tak kunjung tiba. Ada juga yang memang belum siap secara mental. Materi ada, calon di depan mata, namun belum berani menikah, ya tidak bisa dipaksa. Ada yang memang belum siap materi, lalu bertekad untuk mengejar karir lebih dahulu. Ada juga yang memang belum ingin menikah, tanpa alasan yang jelas dan pasti. Apapun alasan membujang, thats ok. Namun perlu orientasi yang jelas dari keputusan untuk tidak menikah dulu. Agar masa tersebut menjadi penuh makna. Tidak sia-sia begitu saja
Memang berat rasanya melihat sahabat sendiri yang satu persatu mulai menemukan belahan jiwanya. Apalagi jika melihat foto-foto pernikahan berseliweran di jejaring sosial. Rasanya ingin segera menyusul jejak mereka. Belum lagi jika ada sahabat terdekat yang terus mengompori untuk segera menikah atau terus menanyakan kapan menikah. Satu hal yang pasti masalah jodoh tetap menjadi rahasiaNya. Oleh karenanya yang perlu dilakukan adalah terus memperbaiki diri dari waktu ke waktu.
Bagaimana cara mengoptimalkan waktu bujangan? Mari belajar kepada orang yang berpengalaman dan berhasil dalam pengalamannya. Siapa lagi jika bukan para ulama’ kita. Tentu mereka pernah melewati masa bujangan. Bahkan tidak sedikit dari ulama’ kita yang memutuskan untuk membujang, baik sementara maupun selamanya. Bukan karena mereka tidak mengetahui hukum menikah dalam Islam, bahkan mereka menulis masalah anjuran untuk menikah dalam kitab-kitab mereka. Mereka juga tidak menyampaikan pendapat bahwa membujang lebih utama dari pada menikah, atau ungkapan-ungkapan pembenaran tentang sikap yang mereka pilih, membujang.
Mereka tidak sempat menikah karena beberapa faktor keadaan yang menekan, seperti ia tertekan dari musuh-musuh Islam sehingga harus dipenjara hingga ajal menjemputnya sebagaimana Syaikh al Islam Ibnu Taimiyyah-rahimahullah ta’ala-. Namun ulama islam yang mulia ini bukan bersikap anti pernikahan atau merahibkan diri sebagaimana pendeta Kriten Nasrani dan para budha serta hindu, melainkan tidak berkesempatan untuk menikah oleh sebab ajal merenggutnya sebelum ia mempunyai kesempatan.
Dalam pandangan mereka, menikah tetap menjadi ajaran dan syari’at Rasulullah SAW. Dari merekalah tentunya kita perlu belajar, bagaimana cara mengoptimalkan dan mengisi waktu saat bujangan, baik bagi yang bujangan atau yang sengaja mem-bujang.Nah, jangan sampai pula apa yang dilakukan para ulama tersebut menjadi pembenaran bagi para bujangan. Sebab, kita berbeda zaman dengan mereka. Pemahaman mereka tentang sunnah Rasul yang satu ini tentu jauh melebihi ilmu pengetahuan kita.
Bujangan itu bukan berarti aib selagi seseorang tersebut berencana untuk menikah. Hanya saja jika seorang laki-laki tidak berencana untuk menikah maka ini perlu dipertanyakan. Sebab, menyalahi fitrahnya sendiri. Bujangan sebetulnya adalah peluang untuk terus mencetak amal-amal terbaik. Hingga kelak akan dipertemukan dengan bidadari pilihanNya suatu hari nanti,inshaAllah. Jadi,La Tahzan Para Bujangan!
Oleh: Fauzul Izmi
Penulis Buku Potret Ikhwan Sejati