Beranda / Uncategorized / Ssst… Khatib Sedang Khutbah

Ssst… Khatib Sedang Khutbah

KASURAU – Hari Jumat merupakan hari yang dikhususkan oleh Allah bagi kaum muslimin. Kekhususan itu dapat kita jumpai dalam keterangan-ketenagn riwayat yang shahih. Diantara keterangan itu dapat kita ambil yang salah satunya berbunyi “hari yang paling baik di dalamnya matahari terbit adalah hari Jumat. Pada hari itu Adam diciptakan, pada hari itu ia turun ke bumi, pada hari itu taubatnya diterima, pada hari itu beliau meninggal dunia, pada hari itu kiamat tiba. Tak ada satupun hewan melata melainkan bersuara pada hari jum’at sejak dari waktu subuh hingga matahari terbit, karena sayang terhadap suatu saat, kecuali jin dan manusia. Pada saat itu ada yang tidak ditemui oleh hamba muslim: dia shalat, dan memohon sesuatu kepada Allah, melainkan Allah akan memberikan kepadanya (apa yang dia minta).

Karena keutamaan yang terdapat pada hari jumat tersebut maka Rasulullah menganjurkan kita untuk memuliakannya dan mengisinya dengan berbagai ibadah seperti yang telah dicontohkannya. Dan karena kehususan itu pula maka khususlah ibadah yang terdapat di dalamnya salah satunya adalah shalat jumat, shalat yang wajib dilaksanakan oleh tiap-tiap muslim. Ibadah ini diawali oleh khutbah oleh seorang khatib, setelah itu barulah ditegakkan shalat secara berjamaah.  Adanya khutbah, inilah yang membedakan ibadah shalat jumat dengan ibadah wajib yang lain.

Khutbah, sebagai mana yang sama-sama kita ketahui bahwasanya adalah bagian yang tak dapat dipisahkan dari ibadah shalat jumat. Di mana-mana, di setiap tempat yang kita datangi di seluruh penjuru bumi yang di dalamnya tertergak shalat jumat maka akan ada khutbah disana, sebab begitulah tuntunannya. Sama halnya dengan shalat di dua hari raya: idul adha dan idul fitri, yang akan selalu didahului dengan khutbah sebelum shalatnya. Karenanya juga ada aturan main dalam mengikuti dan mendengarkannya.

Mendengarkan khutbah sebagaimana disampaikan oleh Ibnul Qayyim adalah sebuah keharusan. Jika tidak, maka disebut lagha (main-main, sia-sia) padahal siapa yang lagha, dianggap seperti tidak mengikuti jumat. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda “Barang siapa yang berwudhu dengan sempurna, kemudian ikut shalat jum’at, dia mendengarkan khutbah dan diam, maka dosa yang dia lakukan antara hari itu sampai jumat yang lalu ditambah tiga hari berikutnya diampuni oleh Allah. Dan barang siapa yang menyentuh kerikil (main-main pada waktu khatib berkhotbah) maka sangatlah ia sia-sia (hr Muslim).

Begitulah atauran main yang diterangkan mengenai sikap seorang muslim seharusnya dalam mendengarkan khutbah. Yang diperintahkan dan diajarkan oleh Rasul kita adalah mendengarkan dengan khusyu, serius. Dengan khusyu dan serius itulah rangkaian ibadah yang menjadi tersebabnya diampuni dosa diantara jumat dan tiga hari berikutnya itu terpenuhi. Dalam Zaadul Ma’ad, bekal menuju akhirat; Ibnu Qayyim, dikisahkan bahwa ketika nabi Muhammad saw sedang menyampaikan khutbah, beliau melarang orang yang berjalan melangkahi orang-orang dan menyuruhnya duduk di tempat. Jadi bukan shalat dua rakaat berjamaah setelah khutbah itu saja yang diperhatikan, tapi juga khutbahnya, bahkan sunnah-sunnah sebelum itu pun, seperti mandi, memakai pakaian yang bersih dan wewangian dan sebagainya.

Bagi kita selama ini perkara mendengarkan khutbah mungkin adalah hal yang ringan untuk ditinggalkan.  Kita dapat melihat berapa orang jamaah jumat yang masih dalam perjalanan menuju mesjid sedangkan khatib sudah naik mimbar, atau bahkan masih berada di rumah pada saat itu. Atau bisa kita saksikan yang terlambat menyelahi antara shaf-shaf yang ada, atau ada yang sengaja keluar dengan alasan yang sebenarnya tak ada alasan yang membenarkan baginya secara syar’I untuk melakukan hal itu. Dua hal ini, mengamabil celah diantara shaf-shaf yang ada karena terlambat, meninggalkan tempat duduk tanpa alasan yang dibenarkan menjadi penyebab terlanggarnya apa yang dilarang Rasulullah, melangkahi orang-orang, meskipun bukanlah sebuah kesengajaan atau maksud kita begitu.

Baca :   Tersinggung

Sekarang adakah kita pahami maksud dari mendengarkan khutbah dengan khusyu’ ini. Bukankah salah satu upaya agar bisa menciptakan kesungguhan dalam mendengarkan khutbah, bukan saja untuk diri pribadi tapi juga untuk orang lainnya adalah dengan tidak datang terlambat. Mendengarkan khutbah dengan khusyu, sungguh-sungguh, kesungguhan itu ditunjukan dulu oleh waktu kita menghadirinya. Seperti sejumlah masa yang menghadiri orasi tokoh yang dielu-elukannya yang pertama kali dilakukan mereka tentu siap sedia untuk itu, sebelum pada akhirnya orasi itu dimulai dan mereka takzim menyimak apa-apa yang disampaikan sang orator tanpa melewatkan sebaitpun ‘mantera sakti’ (janji-janji) nya. Lalu bagai mana adab kita dalam rangka ibadah, mendengrakan khatib berkhutbah. Ibadah yang janjinya pasti sebab yang berjanji adalah Allah..

Dianjurkannya mendengarkan khutbah secara seksama, tidak main-main dikarenakan karena yang disampaikan di dalam khutbah adalah hal-hal yang berkaitan dengan masalah keislaman apakah itu masalah aqidah, syariah, aturan dan larangan, anjuran kepada kebaikan atau seruan untuk meninggalkan kejahilan. Seperti itulah yang dicontohkan oleh Rasulullah, yang ketika beliau berkhutbah itulah yang disampaikan dan diajarkan beliau kepada para sahabat, yang meski beliau biasa memendekkan khutbah dan memanjangkan shalatnya tapi beliau menyampaikan khutbah itu secara tegas sehingga mengena bagi jamaah apa yang diketengahkannya.

Mendengarkan khutbah dengan baik adalah salah satu adab kita terhadap para ulama, yang berilmu dan mengenal tuhan Nya, yang  jika mengenal tuhan Nya sudah barang tentu mengamalkan apa yang disampaikannya. Sebab bukankah yang berdiri di mimbar itu adalah begitu kriterianya. Jika yang kita lihat sebelum menjadikannya sebagai khatib terlebih dahulu adalah keilmuannya maka itu mudah-mudahan tidaklah salah, sebab yang dihukumi adalah apa yang nampak oleh mata kita –zahir-, sedang apa yang ada di dalamnya adalah urusanya kembali kepada Allah semata.

Akhirnya, marilah sama-sama menjadikan hal ini sebagai perhatian kita. Jika perlu rasanya mungkin di tiang-tiang masjid itu selain ada seruan mohon menonaktifkan HP ditambah dengan peringatan ssst… sedang khutbah, agar bagi siapa saja jamaah yang tiba-tiba tergoda nyalinya untuk bicara atau melakukan hal lainnya menjadi ingat kalau ssst… artinya tenang, diam, dengarkan khatib sedang khutbah, dengarkan apa yang disampaikah beliau. Teringat penulis akan apa yang dulu pernah disampaikan oleh Ibu guru agama waktu masih duduk di bangku SMA dalam materi shalat jumat. Kepada kami beliau yang rumahnya berhadapan dengan masjid menceritakan bahwa setiap jumat tiba maka beliau siap dengan sebilah rotan untuk mengingatkan anak-anak yang berbual-bual dan main-main di shaf belakang, di teras masjid. Tapi sambil menutup samping mulut dengan tangan ala orang berbisik beliau berucap bapak-bapaknya juga. Begitulah, beliau yang sudah sepuh menceritakan kepada kami, sebentuk perhatian beliau kepada anjuran dan ajaran yang beliau ketahui.

Oleh Yourami Hanifa

Lihat Juga

Tentang Abu Faguza Abdullah

Hai orang-orang mu'min, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (Q.S. Muhammad: 7)

Lihat Juga

Awas ! Ini Tanda – Tanda Jin Menyukai Anda

SerambiMINANG.com -Jin merupakan mahluk Allah dan mereka juga hampir sama dengan kita walaupun berada di …

Tinggalkan Balasan

Ssst… Khatib Sedang Khutbah - Serambi Minang