Beranda / Uncategorized / Pemulihan Aktivitas Tarbiyah

Pemulihan Aktivitas Tarbiyah

KASURAU – Sepanjang yang saya ikuti dari pertemuan-pertemuan ikhwah, saya menangkap adanya kesulitan untuk mengubah iklim siasah ikhwah pasca Pemilu menjadi iklim tarbawi. Berbagai hal telah dilakukan oleh jajaran qiyadah seperti menghadirkan Riayah Tarbawiyah. Namun respon terhadap program ini dinilai kurang proporsional. Dirasakan adanya iklim siasah yang masih kuat dalam masyarakat ikhwah. Bahkan dirasakan bahwa upaya-upaya jajaran qiyadah untuk memulihkan aktivitas tarbawiyah lebih ditangkap ikhwah sebagai manuver siasah, sekalipun sudah bertitel ‘Riayah Tarbawiyah’. Indikasi dari problem ini adalah bahwa pertanyaan-pertanyaan ikhwah masih berputar pada masalah siasah dalam sebuah majlis Riayah Tarbawiyah sekalipun.

Kuatnya iklim siasah pasca Pemilu terlihat dari masih berlangsungnya permakluman-permakluman yang diberikan dalam rangka pemenangan Pemilu. Statemen tentang berakhirnya Tahun Pemenangan Pemilu dan dilanjutkan dengan konsolidasi tidak cukup direspon ikhwah. Ikhwah masih larut dalam suasana siasah. Konsekwensi logis berikutnya dari kuatnya suasana siasah adalah adanya cara pandang ikhwah terhadap qiyadahnya sebagai kepemimpinan politis semata.

Paparan di atas tampaknya kita mesti jujur melihat bahwa struktur dan organisasi dakwah belum cukup solid untuk mengoperasikan berbagai kebijakan strategis menyongsong mihwar dauli. Kita juga harus cermat melihat suasana mental aktivis tarbiyah. Mental dan pemikiran aktivis tarbiyah masih berada dalam suasana ‘perjuangan siasah praktis’ akibat akumulasi kegiatan yang luar biasa padatnya untuk memenangkan Pemilu legislatif dan Pemilu Presiden.

Kita juga tidak boleh membohongi diri dan menghentikan analisa dari sejumlah friksi dan suasana konflik – dalam rentang yang berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah lainnya – sebagai akibat dari suasana ‘perjuangan siasah praktis’ pada saat pemilu.

Secara historis tarbiyah memiliki pelajaran berharga. Pada rentang itu terjadi stagnasi tarbiyah di kalangan masyarakat tarbiyah. Pengalaman berharga tersebut tentu tidak boleh diabaikan begitu saja. Terlampau sayang. Oleh karena itu mengumpulkan masukan konstruktif bagi upaya melakukan persiapan sistemik menyambut mihwar dauli adalah sesuatu yang harus dilakukan pada saat ini. Pada saat ini, bukan esok atau kapan.

2 Tarikan

Dai memang tak akan lepas dari 2 (dua) tarikan. Tarikan imannya, niat tulusnya, himmahnya, pemikirannya, dan tarikan rasa tanggungjawabnya di satu kutup. Dan tarikan setan di kutup yang lain. Tarikan ini membuat dunia tampak indah dan sikap bermalsa malasan sebagai hal yang lumrah saja dilakukan oleh seorang dai.

Terombang ambing di antara 2 (dua) kutup itu adalah sesuatu yang bersifat azali. Tarikan itu juga selalu ada dan tak pernah putus. Tarikan itu dating silih berganti dan berubah ubah dalam variasinya. Cuma Allah yang memudahkan urusan ini.

Tugas kita adalah memikirkan, merenungkan dan saling memberi nasehat.agar hati kita mampu mencermati perasaan sombong yang tumbuh dalam jiwa. Agar hati ini mampu mendeteksi kecenderungan yang buruk. Dan agar hati ini mampu mengantisipasi polutan yang ada.

Maka layak jika kita mengingat kembali kata kata Muadz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu

Baca :   Inilah Yang Perlu Dipersiapkan Untuk Menuju Pernikahan Barokah

“Ijlis bina nu’min saa’atan”

Marilah duduk bersama kami untuk beriman sejenak

Mari kita ingat juga ajakan Ibnu Rawahah kepada Abu Darda’, “Marilah kita beriman sesaat ; sesungguhnya hati itu berbolak balik lebih cepat daripada berbolak baliknya air mendidih dalam periuk”.

Maka mengubah sebuah komunitas menjadi komunitas baru yang lebih baik adalah hal penting. Aktivitas mengingatkan orang yang lengah adalah penting. Saya tidak meragukan urgensinya. Tetapi memberi tau’iyah kepada orang yang sudah memiliki komitmen dan membangkitkan himmah mereka adalah hal yang lebih penting dilakukan sekarang.

Sekarang ini! Saat ini! Di sini! Di forum ini kita tidak sedang berbicara dengan orang lain. Di forum ini kita berbicara tentang kita. Tentang bagaimana menguatkan komitmen dan bagaimana menjaga dan menumbuhkan himmah.

Ada banyak ketidakmengartian dalam stagnasi tarbiyah ini. Tulisan ini hanya memberi sekelumit. Tidak banyak. Namun – sejujurnya – saya hanya berharap Allah swt menggerakkan kita kembali. Membuat kita kembali belajar dan bergerak. Kembali kita berdzikir dan berfikir. Serta kembali bekerja dan berharap hanya pada-Nya. Semoga….

Oleh sebab itu mewaspadai futur adalah kebutuhan. Membicarakan lemahnya ‘iklim tarbiyah’ di kalangan aktivis tarbiyah adalah sesuatu yang tidak boleh kita tabukan.

Judul Kita Apa?

Mungkin kitA hanya sekedar makin sering terlambat. Mungkin juga sekedar sering lupa. Atau Cuma sedikit bertambah lalai. Atau mungkin Cuma sekedar semakin enteng untuk tidak terlibat. Bisa juga semaCaM ketenangan dalam kealpaan.

DAN tentu kitA tidak menyebutnya sebagai futur….

Bisa jadi kita Cuma sedikit malas. Yang dengannya, dalih kita jadi agak banyak. Dan bervariasi. Atau kita hanya semacam sedikit pilih-pilih tugas. ada agak banyak tugas yang kita rasa sudah tidak pantas (lagi) kita kerjakan.

Dan Kita juga tidak menyebutnya sebagai futur

Mungkin kitA hanya sedikit tergangGu. KitA hanya sedikit agak tergangGu dalam tilawah, atau dalam puasa atau mungkin lainnya. Sebenarnya tidak berat, Cuma sekedar agak sulit menikmatinya.

DAN kitA memang sulit mendefinisikannya sebagai futur…

KitA mungkin Cuma semaCaM bosan. Atau sekedar ingin melongokkan kepala ke luar sana. Atau kitA Cuma kaget keCil-keCilan. Atau sedikit silau. Atau bahkan sedikit lebih ringan daripada itu.

DAN sulit bagi kitA untuk menyebutnya futur…

Atau kitA Cuma sedikit tersadarkan. Pada realitas keluarga kitA. Anak DAN istri kitA. Rumah DAN kendaraan kitA. Sedikit tersadar akan realitas karir kitA. Atau sedikit menghitung-hitung realitas sosial kitA.

DAN tentu saja itu bukan futur…

Bisa juga kitA Cuma sekedar melihat tikungan sejarah. Ada yang berbeda di depan sana. DAN kitA semaCaM seDANg sedikit membuat apresiasi. Atau (paling tidak) semaCaM antisipasi. Tidak lebih dari itu, (mungkin) itu juga bukan futur…

Ustadz Eko Novianto

Lihat Juga

Tentang Abu Faguza Abdullah

Hai orang-orang mu'min, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (Q.S. Muhammad: 7)

Lihat Juga

Jangan Sampai Hilang, Pewarisan Tarbiyah

serambiminang.com – Usia perjalanan dakwah tarbiyah di Indonesia boleh dikatakan tidak lagi muda. Dimulai pada …

Tinggalkan Balasan

Pemulihan Aktivitas Tarbiyah - Serambi Minang