Beranda / Uncategorized / Seleksi Tarbiyah

Seleksi Tarbiyah

KASURAU – Tidak digambarkan, bahwa orang yang bertaqwa tak pernah salah, tak pernah berbuat dosa, tak pernah khilaf dan lalai. Setiap manusia “berhak” melakukan kesalahan dan memiliki kekurangan, yang kemudian berhak mendapatkan ampunan Allah atas kesalahannya itu dengan taubat.

Teringat kisah Ma’iz bin Malik Al-Aslami yang dihukum rajam setelah terbukti melakukan zina. Kisah lainnya dari Ka’ab bin Malik saat tidak berangkat perang Tabuk, padahal dia tidak punya udzur dan kemudian dihukum isolasi dengan tidak diajak bicara selama 40 hari.

“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” QS Ali Imran : 135

Ayat di atas menggambarkan perbedaan orang yang bertaqwa dan tidak bertaqwa. Salah satunya, pada sikap setelah melakukan kesalahan. Orang yang bertaqwa akan segera ingat pada Allah, istighfar, bertaubat dan tidak meneruskan perbuatan buruk itu.

Setiap manusia akan mengalami proses seleksi dalam kehidupan ini. Pun untuk menjadi seorang mujahid yang tergabung dalam barisan dakwah adalah seleksi Allah bagi seorang muslim.

“Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya.” (Asy-Syura : 13)

Seleksi ini juga menjadi suatu hal yang mendesak, demi keberlangsungan dakwah, demi efektivitas kegiatan, demi kelancaran perjuangan.

Baca :   Fitnah Syafii Maarif Terhadap Buya Hamka

Seleksi bukan untuk menghakimi kelemahan, kesalahan ataupun kekurangan seseorang untuk kemudian dibiarkan dalam keadaan seperti itu. Seleksi ini lebih untuk membuat catatan perubahan dan kemudian dijadikan rekomendasi perbaikan. Yang diinginkan hanyalah sebuah kesadaran aktif tiap personal untuk terus memperbaiki diri, menyadari kekurangan, menerima nasihat dan berproses menuju kebaikan dengan segenap kemampuan. Gerakan ini akan senantiasa dalam kebaikan selama didukung oleh personal semacam ini.

Sebagaimana ungkapan Ali r.a. “Jamaah yang ada kekotorannya lebih baik daripada kebersihan individual.”

Karena kita semua punya peluang terpeleset, maka sebaiknya kita bersiap untuk kembali pada nilai-nilai Islam. Ka’ab boleh melakukan kesalahan, tapi ia menebusnya dengan penyesalan dan hukuman. Maiz bisa terperosok melakukan kesalahan, tapi ia menebusnya dengan eksekusi. Sikap mereka sangat positif saat mengalami keterpelesetan. Itulah sikap yang seharusnya dimiliki seorang kader dakwah.

Semua manusia bisa salah, tapi jangan sampai kesalahan menjadikan kita masuk pada kelompok yang terseleksi untuk terbuang. Momen kesalahan bisa dijadikan kontemplasi dan perbaikan diri, agar kita masuk pada kelompok terseleksi untuk kebaikan.

Pada Allah saja kita berharap, agar dikuatkan di jalan iman, jalan kebenaran. Semoga kita tidak terpeleset. Kalaupun terpeleset, semoga menjadikan diri kita semakin dewasa, arif dan bijaksana.

Terinspirasi setelah mbaca buku Ust. Cahyadi Takariawan

Nailal Husna

Lihat Juga

Tentang Abu Faguza Abdullah

Hai orang-orang mu'min, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (Q.S. Muhammad: 7)

Lihat Juga

Jangan Sampai Hilang, Pewarisan Tarbiyah

serambiminang.com – Usia perjalanan dakwah tarbiyah di Indonesia boleh dikatakan tidak lagi muda. Dimulai pada …

Tinggalkan Balasan

Seleksi Tarbiyah - Serambi Minang