Beranda / Uncategorized / Pengikut Agama Allah SWT

Pengikut Agama Allah SWT

KASURAU – Mungkin sebagian sudah mendapat materi tentang ini, tapi tak apa toh mengulang-ngulang juga salah satu cara dakwah kita. Dalam Al Qur’an sering kita mendapat ayat yang berulang, dan Rasulullah apabila menekankan sesuatu kadang menekankan sebanyak tiga kali.

Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah Lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah). Dan barangsiapa mengambil Allah, rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, Maka Sesungguhnya pengikut (agama) AllahItulah yang pasti menang.
(Al Maidah 54-56)

Sudah menjadi lumrah bahwa pertarungan antara haq dan bathil (shiroo’ bainal haq wal bathil) selalu ada golongan yang berebut empati. Golongan tersebut adalah golongan pengikut agama Allah, dan golongan pengikut syaitan. Allah telah menjamin kemenangan di dunia dan keberuntungan di akhirat bagi pengikut agama Allah. Pengikut agama Allah bukahlah sebuah nama harokah, bukan nama pasukan, bukan klaim suatu golongan, bukan pula bendera, tetapi suatu golongan yang Allah ridho padanya. Seorang yang mengaku sebagai pengikut agama Allah atau hizbullah atau partainya Allah, harus memenuhi beberapa akhlaq dasar (Akhaaqul Asaasiyah) sebagai mana disebutkan dalam surat al Maidah ayat 54-56.

Beberapa akhlaq dasar yang tersebut adalah:

1. Mahabbatullah (Cinta Allah)
 
Orang yang sudah terpaut cintanya kepada seseorang, maka dia akan melakukan dengan penuh kerelaan apa yang dimintanya. Bergitu pula seharusnya, seorang yang mencintai Allah, maka akan terefleksikan dalam ibadahnya kepada Allah, sehingga ia tekut, semangat, dan menjaga ibadahnya dengan baik. Tentulah apabila kita mencintai Allah, setiap permintaan kita yang baik untuk kita pasti Allah kabulkan. Pandangan hatinya adalah kebenaran (begitu kata aa gym dalam nasyidnya berjudul mata hati) karena di sana Allah berperan sebagai pemberi petunjuk, yang sanggup menembus hijab. Dan hanya orang yang berimanlah dia mencintai Allah.

Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. (QS 2:165)

Orang yang mencintai kekasihnya maka hatinya agar bergetar bila disebut nama kekasihnya, maka bila seorang suami/istri disebut nama pasangannya tidak bergetar, perlu ditanya ulang kecintaannyaa.

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka,
(QS 8:2)

2. Adzillatin ‘alal Mukminin (Lemah lembut terhadap mukminin)

Sekarang sudah sering kita mengetahui, bahwa ada fenomena suatu jama’ah yang lebih suka bersifat keras terhadap mukmin/jama’ah islam yang lain. Dengan mudah mereka melabelkan kafir, mubtadi’ dsb. Sebagai pengikut agama Allah, tidaklah layak kita meniru akhlaq mereka. Dan apabila kita menerima celaan, fitnahan dari mereka, cukuplah kita memberi klarifikasi seperlunya tanpa perlu menyerang balik mereka. Karena orang yang melabelkan kekafiran, bila tidak terbukti ada pada dirinya, maka label kafir akan kembali kepada si pengucap tersebut, na’udzubillah. Satu kalimat saja yang kita ucapkan ternyata dapat menyebabkan seseorang terjerumus ke dalam neraka lebih jauh dari jarak antara timur dan barat!

Rasulullah bersabda:

“Sesungguhnya ada seorang hamba berbicara dengan satu kalimat yang dia fikirkan (baik atau buruknya) pada kalimat itu. Kalimat itu menyebabkan dia terjerumus ke dalam neraka lebih jauh dari timur dan barat?” [HR. Bukhari, Muslim, dari Abu Hurairah].

“Tidaklah seseorang menuduh orang lain dengan kefasikan, dan tidaklah dia menuduh orang lain dengan kekafiran, kecuali tuduhan itu kembali kepadanya jika yang dituduh tidak seperti itu?.” [HR. Bukhari dari Abu Dzar].

Hendaklah setiap mukmin bertawadhu’ kepada saudaranya. Dalam tafsir ibnu katsir disebutkan bahwa sifat Rasulullah adalah menggelikan dan mematikan. Menggelikan adalah dapat membuat tertawa sahabatnya, mematikan adalah bila berperang dapat pula membunuh musuh-musuhnya.
Rasulullah saw bersabada,

“Bukan golongan kami, orang yang tidak menghormati yang tua dan tidak menyayangi yang muda.”

Beliau juga melarangan mukmin menghunuskan pedang di hadapan sesama mukmin, meskipun hanya bermain-main. Begitu hati-hatinya Rasulullah saw memberi rambu-rambu dalam menyayangi sesama mukmin.

Baca :   Riza Falepi Menjadi Satu-Satunya Walikota Penerima Penghargaan Bung Hatta Award

 3. A’izzatin ‘alal Kafirin

Kesempurnaan sifat kaum mukminin adalah selain bersikap lemah lembut terhadap mukminin juga bersifat tegas terhada kaum kafirin. Karena kebenaran tidak akan bertemu dan sejalan dengan kemungkaran. Tegas dalam artian bukan semena-mena. Tegas bahwa ini aqidah kita, tegas dalam menjalankan syariat, bukan dalam membunuh para kaum kafir dzimmy.

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. (QS 48:29)

4. Jihadu fii sabilillah wa ‘adamul khoufu minannaas (Berjihad di jalan Allah dan tidak takut pada manusia)

Jihad berasal dari akar kata bahasa Arab ( Jahada ), berarti mengerahkan segenap potensi dengan ucapan dan tindakan. Di antara pecahan kata dari kata jihad adalah mujahadah (optimalisasi amal shalih), jahdun ( kerja keras) dan juhdun ( usaha ).

Abdullah ibnu Abbas mengatakan: Jihad adalah mengoptimalkan potensi di jalan Allah dengan tanpa rasa takut sedikitpun dari cemoohan dan ejekan orang lain.

Al-Muqatil berkata: Jihad adalah bekerja untuk Allah dengan sungguh-sungguh dan beribadah kepadaNya dengan sebenar-benarnya. Abdullah bin al-Mubarak berkata: Memerangi hawa nafsu termasuk jihad.

DR. Said Ramadhan al-Buthi juga menjelaskan, bahwa berjihad adalah optimalisasi upaya dalam rangka meninggikan Kalimat Allah. Perang di Jalan Allah adalah bentuk jihad tertinggi untuk memenangkan agama Allah dan melaksanakan hukum-hukumNya secara total.

Jihad dalam Islam menempati kedudukan yang sangat tinggi, sebagaimana penjelasan Nabi Muhammad saw, bahwa jihad adalah Dzarwatu Sinam al-Islam ( Puncak Ajaran Islam ).

Dari Abi Hurairah r.a berkata: Dikatakan kepada Rasulullah saw: Wahai Rasulullah, amalan apa yang menyamai Jihad di jalan Allah ? Nabi berkata: Tidak ada. ( Nabi menjawab seperti itu setiap ditanya pertanyaan tersebut ) Kemudian beliau bersabda: Perumpamaan Mujahid di jalan Allah seperti orang yang berpuasa dan melakukan qiyam dengan melantunkan ayat-ayat Allah tanpa jenuh dan bosan, sampai mujahid tersebut pulang dari berjihad (HR. Bukhari Muslim).

Katakanlah: “jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS 9:24)

Seorang mukmin adalah seharusnya adalah mujahid, dia akan berani mengatakan kebenaran dan tidak urung mengatakan yang haq walaupun ditakut-takuti oleh orang lain.

 5. Al Wala lillahi, lirrosulihi, lilmu’miniin.

Termasuk ke dalam pokok Aqidah al Islamiyyah, bahwa seorang muslim wajib berpegang teguh dengan Aqidah ini, memberikan wala’ (loyalitas) kecintaan kepada ahlinya dan memberikan sikap bara’ (antipati) kebencian terhadap musuh-musuhnya.

Sikap ini juga diajarkan dalam diennya Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam. Allah berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpinmu, sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.” (QS Al Maidah: 51).

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuhku dan musuhmu menjadi teman-teman setia.” (QS Al Mumtahanah: 1).

Bahkan Allah telah mengaharamkan kaum muslimin berloyalitas kepada orang-orang kafir walaupun mereka kerabat dekatnya. Allah berfirman,

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudaramu pemimpin-pemimpinmu. Jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka pemimpin-pemimpinmu, maka mereka itulah orang-orang yang zholim.” (QS At Taubah: 23).

Maka Allah hanya mewajibkan memberikan loyalitas kepada ahlinya yaitu orang-orang mu’min. Allah berfirman,

“Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman yang mendirikan sholat dan menunaikan zakat seraya mereka tunduk kepada Allah. Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut agama Allah itulah yang pasti menang.”
(QS Al Maidah: 55-56).

Khotimah

Itulah karunia Allah yang diberikanNya kepada orang yang dikehendakiNya, yakni orang-orang yang mempunyai sifat ini. Karena Allah adalah Maha Luas KaruniaNya dan Maha Mengetahui siapa hamba-hambaNya yang berhak mendapatkannya. Semoga kita dikumpulkan bersama pengikut agama-agama Allah atau hizbullah.

Maroji’
1.Al Qur’an Digital
2. Taujih
3. Materi Tarbiyah
4. Risalah Jihad
5. Salafi Data Base

Lihat Juga

Tentang Abu Faguza Abdullah

Hai orang-orang mu'min, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (Q.S. Muhammad: 7)

Lihat Juga

Jangan Sampai Hilang, Pewarisan Tarbiyah

serambiminang.com – Usia perjalanan dakwah tarbiyah di Indonesia boleh dikatakan tidak lagi muda. Dimulai pada …

Tinggalkan Balasan

Pengikut Agama Allah SWT - Serambi Minang