SerambiMINANG.com – Fallan Kurek (21) pingsan di tangga rumahnya di Tamworth, Staffordshire, Inggris, setelah muntah-muntah dan tubuh membiru akibat sesak napas. Paramedis bergegas datang dan membawanya ke Good Hope Hospital di Sutton Coldfield, West Midlands.
Sayangnya, setelah tiga hari menjalani perawatan intensif, Kurek mengalami mati otak dan meninggal beberapa jam kemudian pada 14 Mei 2015.
Penyebab kematiannya adalah emboli (gelembung udara) pada paru-paru atau dikenal dengan pulmonary embolism, yaitu penyumbatan di arteri paru-paru yang merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari jantung ke paru-paru. Penyumbatan yang biasanya berupa bekuan darah tersebut berpotensi mengancam kehidupan karena dapat mencegah darah mencapai paru-paru.
Dokter mengatakan, klaim orang tuanya, kondisi tersebut disebabkan oleh pil kontrasepsi yang telah dikonsumsinya selama 25 hari.
Kurek yang bekerja sebagai asisten pengajar diresepkan Rigevidon (pil kontrasepsi) oleh dokter untuk mengatur siklus haid dan diminta untuk mengonsumsinya selama tiga bulan. Namun, baru 25 hari konsumsi nasib nahas sudah menimpanya, seperti dilansir dari laman Telegraph.
Setelah tiga minggu mengonsumsi pil tersebut, ia mulai menderita sesak napas serta nyeri di kaki dan tulang rusuk. Ayahnya, Brian (52), merasa khawatir dan membawanya ke Sir John Peel Hospital di Tamworth untuk menjalani pemeriksaan elekrokradiogram (EKG). Tapi empat hari kemudian dia mengalami sesak napas lagi dan kolaps di tangga rumahnya.
“Mereka awalnya mengatakan semuanya baik-baik saja, dia mungkin mengalami memar di tulang dada. Mereka mengatakan untuk pulang dan minum beberapa ibuprofen dan paracetamol,” kata ibunya.
“Tapi kemudian saat paramedis memeriksa tubuhnya, seseorang datang untuk berbicara dengan saya. Mereka bertanya apakah ada riwayat penyakit jantung dalam keluarga, atau apakah Fallan menggunakan narkoba. Itu tentu tidak. Lalu pertanyaan ketiga adalah, ‘Apakah dia minum pil?’ Saya berkata, ‘Ya, itu relevan?’ Dia berkata ‘Kami tahu itu dan dia pergi,’.”
“Brian dan saya hanya saling melihat satu sama lain, kami tidak bisa percaya ini,” kata sang ibu.
Scan mengungkapkan Kurek mengalami bekuan besar di paru-paru yang menyebabkan sisi kanan jantungnya meradang. Tak lama kemudian, otaknya mati secara klinis setelah kekurangan oksigen.
Orang tuanya telah diberi sertifikat kematian sementara, sehingga mereka dapat melakukan pemakaman pada 29 Mei. Mereka berharap dengan berbagi kisah tentang putrinya, mereka dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang akibat mengonsumsi pil kontrasepsi yang bisa menyebabkan bekuan darah yang fatal.
Mereka juga berharap profesional medis akan menjelaskan efek serius pil kontrasepsi pada semua perempuan, bukan hanya pada kelompok berisiko tinggi, seperti perempuan perokok atau kelebihan berat badan.
Namun, Medicines and Healthcare Products Regulatory Agency, badan pemerintah setempat yang mengatur tentang peredaran obat, menegaskan pil tersebut aman dan perempuan tidak perlu takut mengonsumsinya. “Perempuan harus terus mengonsumsi pil kontrasepsi mereka. Ini sangat aman, obat-obatan yang sangat efektif mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan manfaatnya jauh lebih besar daripada risikonya,” kata seorang juru bicara Medicines and Healthcare Products Regulatory Agency.
Sementara itu, Gedeon Ritcher, perusahaan Hungaria yang memproduksi pil kontrasepsi Rigevidon, belum memberikan tanggapan apapun terkait kasus tragis yang menimpa gadis muda tersebut.