serambiMINANG.com – Ratusan biksu, bersama masyarakat nasionalis Buddhis, Minggu (14/6) menggelar unjuk rasa anti penyelamatan Muslim Rohingya yang dilakukan pemerintah Myanmar.
Situs Burma Times melaporkan pengunjuk rasa menyebarkan selebaran, yang meminta semua umat Buddha melawan semua Muslim dan melakukan aksi demo anti penyelamatan Muslim Rohingya.
Selebaran anti penyelamatan Muslim Rohingya juga menyebut etnis Bengali dan Muslim Rohingya sebagai Kalar — kata yang mengandung makna merendahkan bagi warga berkulit gelap.
Unjuk rasa, yang disertai kekerasan, juga terjadi di Maungdaw dan membuat Muslim Rohingya yang tinggal di ghetto terancam pembantaian.
Protes dipicu penyelamatan pertama kapal pengungsi oleh AL Myanmar. Saat itu sekitar 150 Muslim Rohingya dipisahkan dari orang-orang Bangladesh.
Muslim Rohingya dikembaliken ke ghetto mereka di Maungdaw, negara bagian Rakhine. Orang Bangladesh dideportasi ke negarany.
Fakta ini terungkap ketika PBB dan wartawan internasional tiba di tempat kejadian. Myanmar malu. Di sisi lain, Bangladesh juga menemukan Myanmar tidak hanya mengirim etnis Bengali tapi juga Muslim Rohingya, dan beruaha mengembalikannya.
Ketika penyelamatan kedua, pemerintah Myanmar lebih berhati-hati membuat komentar tentang identigas orang-orang yang diselamatkan. Namun ini membuat marah nasionalis Buddhis.
Bagi nasionalis Buddhis, Muslim Rohingya dan Bengali adalah sama. Mereka ‘kalar’, etnis rendahan karena berkulit hitam.
Pengunjuk rasa ingin semua kalar dideportasi ke Bangladesh.
(inilah)