
Demikian curahan hati remaja 17 tahun asal Rohil ini saat diwawancarai suarakampar.com Jumat (4/9).
Andri dengan suara sedikit tertahan bercerita secara asklusif kepada kami, bahwa selama ini ia tidak pernah berbuat yang aneh-aneh di sekolah. Dia pun menilai apa yang dituduhkan pihak sekolah kalau dirinya berkelakuan tidak baik, justru membuat hatinya sangat hancur karena siapapun yang ingin membuktikan baik buruknya tingkah lakunya selama hampir tiga tahun bersekolah di SMA Negeri 2 Bangkinang bisa membuktikan absensinya di sekolah. Dan ia mengaku selama berada di Smanda tidak pernah neko-neko.
“Bisa abag tanya ke kawan-kawan sekelas saya absensi kehadiran saya. Saya dikeluarkan itu hanya karena ikut demo saja,” katanya.
Andri menambahkan, gurunya dan orang Dinas Pendidikan yang dipimpin Nasrul sempat melarangnya untuk bergabung dengan IPMB. Andri juga mempertanyakan apakah seorang siswa dilarang untuk ikut organisasi ?.
“Memang sempat saya diingatkan untuk tidak ikut IPMB, kan IPMB itu organisasi pelajar dan mahasiswa, kok tidak boleh bang ?,” katanya penuh keheranan.
“Memang sempat saya diingatkan untuk tidak ikut IPMB, kan IPMB itu organisasi pelajar dan mahasiswa, kok tidak boleh bang ?,” katanya penuh keheranan.
Masih menurut Andri, dirinya merasa heran dengan sikap sekolah dan dinas yang tega memutar balikkan fakta melalui media masa tentang kebenaran dirinya hingga dikeluarkan dari sekolah. Katanya, guru-gurunya serta orang dinas mesti jujur mengenai sebab dirinya dikeluarkan dari sekolah.
“Guru kok memutar balikkan fakta, mereka itu kan guru,” ucapnya.
“Awalnya guru-guru pernah memaksa saya untuk tanda tangan agar tidak ikut demo bersama IPMB, tapi saya tidak taati, karena menurut saya itu tidak salah, karena saya ikut kegiatan setelah jam sekolah usai, saya pun tidak pakai atribut sekolah,” bebernya.
Masih menurutnya lagi, keikutsertaanya dalam aksi demo dugaan korupsi pengadaan baju seragam tahun 2014 itu atas dasar keprihatinannya bahwa begitu banyak kawan-kawan pelajar yang menjadi korban seragam tak layak itu, dimana sekali cuci sudah luntur, bahkan ada yang sobek dan ada pula jahitannya lepas.
Pengakuan Andri, dia dan orang tuanya juga telah menemui Nasrul di rumah pribadinya untuk memohon agar dirinya tidak dikeluarkan dari sekolah. Namun Nasrul kata Andri, tetap tak bergeming. Kemudian Andri juga memohon kalau pun ia dikeluarkan dari SMA Negeri 2 Bangkinang, Andri berharap bisa melanjut sekolah di Kabupaten Kampar, namun harapannya hanya tinggal harapan. Andri tetap tidak bisa bersekolah di Kabupaten Kampar.
Andri mengaku, saat ini dia tidak tau hendak bersekolah di mana , karena kalau ingin melanjutkan sekolah di luar Kabupaten Kampar ia membuthkan dana yang sangat mahal sekali.
“Setidaknya saya butuh uang 5 juta, dapat uang sebanyak itu dari dapat mana ?,” ungkapnya penuh kesedihan.
Andri Kurniawan, juga bercerita sebelum dirinya dikeluarkan, ada tiga orang yang datang menemuinya di sekolah, menurutnya, dua orang dari dinas dan satunya lagi adalah oknum Intel.
“Saya gak tau bang, dia intel mana, yang saya tau dia intel, tapi saya ingat wajahnya,” cerita Andri Kurniawan.
Tambahnya lagi ketiga orang itu bersama wakil kepala sekolah bidang kesiswaan mengintrogasi dirnya untuk tidak ikut demo.
“Kalau kamu ikut demo lagi, kamu yang akan rugi,” ujar Andri menirukan ucapan salah seorang dari mereka.
“Benar saja, setalah kedatangan orang bertiga itu, keluar keputusan pemberhentian saya dari sekolah,” pungkasnya.(suarakampar)