serambiMINANG.com – Dalam satu pembahasan, Imam Al-Bukhari menyebutkan tentang sekretaris Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam menulis wahyu yang turun dari Allah Ta’ala.
Di antara hadits yang disebutkan adalah sebagai berikut:
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ يُونُسَ عَنِ ابْنِ شِهَابٍ أَنَّ ابْنَ السَّبَّاقِ قَالَ إِنَّ زَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ قَالَ أَرْسَلَ إِلَيَّ أَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ إِنَّكَ كُنْتَ تَكْتُبُ الْوَحْيَ لِرَسُوْل اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاتَّبِعْ الْقُرْآنَ فَتَتَبَّعْتُ حَتَّى وَجَدْتُ آخِرَ سُورَةِ التَّوْبَةِ آيَتَيْنِ مَعَ أَبِي خُزَيْمَةَ اْلأَنْصَارِيِّ لَمْ أَجِدْهُمَا مَعَ أَحَدٍ غَيْرِهِ { لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ } إِلَى آخِرِهِ
Yahya bin Bukair telah memberitahukan kepada kami, Al-Laits telah memberitahukan kepada kami, dari Yunus, dari Ibnu Syihab, bahwa Ibnu As-Sabbaq berkata, Zaid bin Tsabit berkata, Abu Bakar pernah mengutus seseorang padaku seraya mengatakan, “Sungguh dulu kamu yang menulis wahyu untuk Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Karena itu, telusurilah Al-Quran.” Maka aku pun segera menelusurinya, hingga aku temukan dua ayat terakhir dari surat At-Taubah hanya di Abu Khuzaimah Al-Anshari, yang aku tidak menemukannya di selainnya. Kedua ayat itu adalah, “Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami...” hingga akhir (QS. At-Taubah: 128).
حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللهِ بْنُ مُوسَى عَنْ إِسْرَائِيلَ عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ عَنِ الْبَرَاءِ قَالَ لَمَّا نَزَلَتْ { لَا يَسْتَوِي الْقَاعِدُوْنَ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ } { وَالْمُجَاهِدُوْنَ فِي سَبِيلِ اللهِ } قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ادْعُ لِي زَيْدًا وَلْيَجِئْ بِاللَّوْحِ وَالدَّوَاةِ وَالْكَتِفِ أَوْ الْكَتِفِ وَالدَّوَاةِ ثُمَّ قَالَ اكْتُبْ { لَا يَسْتَوِي الْقَاعِدُوْنَ } وَخَلْفَ ظَهْرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَمْرُو بْنُ أُمِّ مَكْتُومٍ اْلأَعْمَى قَالَ يَا رَسُوْل اللهِ فَمَا تَأْمُرُنِي فَإِنِّي رَجُلٌ ضَرِيرُ الْبَصَرِ فَنَزَلَتْ مَكَانَهَا { لَا يَسْتَوِي الْقَاعِدُوْنَ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ } { وَالْمُجَاهِدُوْنَ فِي سَبِيلِ اللهِ } { غَيْرُ أُولِي الضَّرَرِ }
Ubaidullah bin Musa telah memberitahukan kepada kami, dari Isra`il, dari Abu Ishaq, dari Al-Bara`, ia berkata, Ketika turun ayat, “Tidaklah sama antara orang beriman yang duduk (yang tidak turut berperang) dengan orang yang berjihad di jalan Allah tanpa mempunyai uzur (halangan)…” Maka Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Panggilkanlah Zaid bin Tsabit, dan hendaklah ia membawa alat tulis, tinta dan tulang – atau beliau bersabda, “Atau tulang dan tinta.” Kemudian beliau bersabda, Tulislah “Tidaklah sama antara orang-orang yang duduk…” (QS. Al-Nisa’: 95).
Sementara tepat di belakang Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ada Amru bin Ummu Maktum yang buta. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang engkau perintahkan untukku? Aku adalah seorang yang buta dan tidak bisa melihat. Maka seketika itu turun ayat, “Tidaklah sama antara orang beriman yang duduk (yang tidak turut berperang) dengan orang yang berjihad di jalan Allah tanpa mempunyai uzur (halangan).”
Syarah Hadits
Tanya: Sebagian kalangan menyatakan bahwa mempelajari ilmu tajwid hukumnya wajib, benarkah hal tersebut?
Jawab: Tidak dimungkiri bahwa fungsi tajwid adalah memperindah bacaan Al-Quran. Mempelajarinya termasuk dianjurkan karena dapat memperindah suara tatkala membaca Al-Quran, sebagaimana dinyatakan oleh Abu Musa, “Andaikata aku mengetahui ilmu tajwid niscaya aku menuliskannya dengan lengkap.” (Diriwayatkan oleh An-Nasa`i dan Abu Ya’la).
(Syarah Shahih Al-Bukhari)