serambiMINANG.com – Allah Ta’ala berfirman,
فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ
“Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-A’raf: 156).
Al-Kurmani berkata, yang dimaksud dengan rahmat di sini adalah kesanggupan yang berkaitan dengan mendatangkan kebaikan. Kesanggupan itu sendiri tidak terbatas demikian juga ta’alluq tidak terbatas, akan tetapi dibatasi sampai seratus sebagai contoh agar mudah dipahami dan menyedikitkan atas apa yang ada pada makhluk serta memperbanyak atas rahmat yang di sisi Allah.
Sedangkan penyebutan jumlah bilangan ini secara khusus, Al-Qurthubi menukilkan dari beberapa syaikh yang menjelaskannya, bahwa bilangan angka khusus ini disebutkan secara mutlak untuk menunjukkan jumlah yang banyak dan berlebihan. Lalu menyebutkan angka bilangan itu tidak lazim digunakan bangsa arab dan yang lazim mereka gunakan adalah angka 70. Demikianlah yang dikatakan Al-Qurthubi.
Ibnu Abu Jamrah berkata, telah ditetapkan bahwa api di neraka melebihi api dunia sebanyak 99 kali. Apabila setiap tingkatan api dihadapkan dengan satu rahmat; maka rahmat itu bertambah menjadi 30 bagian. Dari sini disimpulkan bahwa rahmat Allah di akhirat itu lebih banyak dari pada azab-Nya yang diperkuat dengan firman Allah Ta’ala, “Rahmat-Ku mengalahkan murka-Ku.”
Menurutku (Syaikh Utsaimin), akan tetapi tinggal tentang pengkhususan angka bilangan ini; pengkhususan bilangan ini mungkin karena bilangan itu seperti tingkatan surga. Dan surga itu sendiri tempat yang penuh dengan rahmat, jadi seakan-akan setiap rahmat itu disesuaikan tingakatan di surga.
Telah ditetapkan, bahwa tidak ada seorang pun yang bisa masuk surga kecuali dengan rahmat Allah Ta’ala. Barangsiapa hanya mendapatkan satu rahmat; ia adalah penghuni surga di derajat yang paling bawah. Setinggi-tinggi derajat penghuni surga adalah yang memperoleh semua rahmat Allah.
Ibnu Abu Jamrah berkata, hadits ini memberikan kegembiraan bagi kaum mukminin; karena biasanya jiwa itu akan mendapatkan kebahagian yang sempurna atas apa yang diberikan apabila diketahui dan dijanjikan.
Hadits ini menganjurkan untuk keimanan dan memperbanyak harapan untuk mendapatkan rahmat Allah yang disediakan.
Di akhir hadits riwayat Sa’id Al-Maqbari dalam kitab Ar-Riqaq disebutkan,
فَلَوْ يَعْلَمُ الْكَافِرُ بِكُلِّ الَّذِي عِنْدَ اللهِ مِنَ الرَّحْمَةِ لَمْ يَيْئَسْ مِنَ الْجَنَّةِ
“Sekiranya orang-orang kafir mengetahui setiap rahmat (kasih sayang) yang ada di sisi Allah, niscaya mereka tidak akan berputus asa untuk memperoleh surga.”
Diriwayatkan hanya oleh Muslim dari hadits Al-Ala` bin Abdurrahman, dari ayahnya, dari Abu Hurairah. Inilah penjelasan Al-Hafizh Ibnu Hajar.
Hadits di atas juga menguatkan pendapat sebagian ulama yang mengatakan, bahwa sebaiknya antara takut dan harapan seseorang itu harus sama; sehingga ia merasa tidak aman dari azab Allah dan tidak berputus dari rahmat Allah. (Syarah Shahih Al-Bukhari)