SerambiMINANG.com – Islam adalah mengikhlaskan tujuan dan amalan hanya untuk Allah. Sedangkan Ihsan adalah meniti jalan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan mengikuti sunnahnya.
Adapun orang yang beramal tidak karena Allah Ta’ala, maka Allah menceritakan tentang mereka dalam Al-Qur`an,
وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا
“Dan Kami akan perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami akan jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.”(QS. Al–Furqaan: 23).
Maksudnya adalah amalan yang tidak sesuai dengan sunnah atau dengan amalan tersebut seseorang berharap selain kepada Allah Ta’ala.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallah Anhu sebuah hadits secara marfu,
قَالَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ، مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيْهِ مَعِيْ غَيْرِيْ تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ
Allah Ta’ala berfirman, “Aku tidak membutuhkan sekutu dan kesyirikan. Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan yang dicampuri dengan kesyirikan kepada-Ku, maka Aku akan meninggalkannya bersama kesyirikannya.”(HR. Muslim)
Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam bersabda,
مَنْ صَلَّى يُرَائِى فَقَدْ أَشْرَكَ، وَمَنْ صَامَ يُرَائِى فَقَدْ أَشْرَكَ، وَمَنْ تَصَدَّقَ يُرَائِى فَقَدْ أَشْرَكَ
“Barangsiapa yang mengerjakan shalat untuk dilihat orang maka ia telah berbuat syirik, dan barangsiapa yang berpuasa untuk dilihat orang maka ia telah berbuat syirik, dan barangsiapa yang bersedekah untuk dilihat orang maka ia telah berbuat syirik”(HR. Ahmad)
Diriwayatkan dari Umar bin Khaththab, dia berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu aliaihi wa Sallam bersabda,
إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ .
“Sesungguhnya setiap amalan itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan dari apa yang diniatkannya. Maka, barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang akan dicapainya atau wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya sesuai dengan niat hijrahnya.”(Muttafaq Alaih) (Durus Al-Am)