serambiMINANG.com – Pergunakan waktu sehatmu untuk sakitmu, karena orang tidak selalu dalam kondisi sehat. Kadang orang jatuh sakit lantas tidak mampu mengerjakan tugas-tugas keagamaannya yang dilakukannya pada kondisi sehatnya.
Maka pergunakan dari sehatmu untuk sakitmu, dan hidupmu untuk matimu. Ketahuilah bahwa matimu jauh lebih lama dari hidupmu. Jika anda hidup dengan usia misalnya seratus lima puluh tahun, akan tetapi berapa banyak orang yang sudah mati sejak ribuan tahun silam.
Maka pergunakan dari hidupmu untuk matimu. Ini adalah wasiat dari Ibnu Umar Radhiyallahu Anhu, wasiat yang bermanfaat, wasiat yang mengajarkan kezuhudan di dunia.
Ada kalangan yang meriwayatkan suatu hadits dari Rasul Shallallahu Alaihi wa Sallam, bahwa beliau bersabda,
اِعْمَلْ لِدُنْيَاكَ كَأَنَّكَ تَعِيْشُ أَبَدًا، وَاعْمَلْ لِآخِرَتِكَ كَأَنَّكَ تَمُوْتُ غَدًا
“Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup selamanya, dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan kamu akan mati besok.”
Pertama, ini bukan hadits.
Kedua, maknanya tidak sebagaimana yang dikira oleh sebagian kalangan, karena makna perkataannya, “Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup selamanya,” yakni yang belum kamu kerjakan dari urusan-urusan dunia pada hari ini maka lakukanlah besok.
Perkataannya, “Dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan kamu akan mati besok” yakni jangan tangguhkan pekerjaan akhirat seakan-akan kamu akan mati besok, maka kerjakan pada hari ini. Adapun terkait dunia, maka sikapilah dengan penangguhan hingga waktu kemudian.
Tidak seperti yang dikira oleh sebagian kalangan bahwa maknanya; lakukan pekerjaan dunia dengan penuh kemantapan, dan jangan memperhatikan amal akhirat, karena amal akhirat tidak kamu ketahui hasilnya kecuali setelah mati.
Akan tetapi makna ungkapan ini adalah; hendaknya orang tidak memperhatikan urusan-urusan dunia, karena yang tidak dilakukan hari ini masih dapat dilakukan besok, dan seakan-akan ia hidup selamanya. Adapun akhirat, perhatikanlah urusannya dan jangan menyia-nyiakannya, dan jangan tangguhkan amal hari ini sampai besok. (Syarah Shahih Al-Bukhari)