serambiMINANG.com – Cinta, banyak yang mencoba mendefenisikannya dengan berbeda sudut pandang dan diakhirnya tidak mencapai satu kesepakatan. Kini muncul lagi kasus yang katanya baru, padahal telah lama muncul karena kerusakan mental manusia.
LGBT, merupakan akronim dari “lesbian, gay, biseksual, dan transgender”, mari kita kupas secara terperinci.
Lesbian merupakan istilah bagi perempuan yang mengarahkan orientasi seksualnya kepada sesama perempuan. Tidak lagi menyukai laki-laki, para lesbian akan menyukai perempuan lainnya sebagaimana perempuan normal yang menyukai laki-laki.
Sedangkan gay merupakan istilah bagi laki-laki yang menyukai laki-laki lainnya dan mengarahkan orientasi seksualnya kepada sesama laki-laki.
Selanjutnya biseksual merupakan istilah yang diarahkan kepada orang-orang yang berorientasi seksual kepada pria dan wanita sekaligus. Jadi orang-orang ini bisa saja suka kepada lawan jenis kelaminnya dan atau kepada yang sama jenis kelaminnya.
Yang terakhir transgender, ini istilah untuk orang yang merasa dirinya bukan seperti apa dia dilahirkan. Contohnya seorang yang dilahirkan sebagai laki-laki sehat merasa jati dirinya yang sebenarnya adalah perempuan, sehingga dia berusaha berpenampilan seperti seorang perempuan. Atau sebaliknya, perempuan yang berpenampilan sebagai laki-laki karena merasa dirinya laki-laki.
Kita mungkin merasa jijik mengetahui ada orang-orang seperti mereka, serasa ingin muntah mungkin, atau ingin mengusir mereka dari bumi tempat kita berpijak ini. Tapi dari sudut pandang penderita LGBT mereka mungkin mengira tidak salah sama sekali, bahkan mungkin menganggap diri mereka salah satu jenis keberagaman manusia. Kaum seperti LGBT ini sudah ada sebelumnya yaitu kaum nabi luth dan kedudukannya sudah digambarkan seperti dikatakan dalam Al-Qur’an:
Dan (ingatlah) ketika Luth berkata pepada kaumnya: “Sesungguhnya kamu benar-benar mengerjakan perbuatan yang amat keji yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun dari umat-umat sebelum kamu”(Al-‘Ankabut:28).
Ending dari kaum ini sudah jelas yaitu dibinasakan dengan azab yang luarbiasa dahsyatnya. Dari ayat itu dapat kita simpulakan LGBT jauh lebih bodoh dari pada kaum nabi luth. Kaum Nabi Luth melakukan hal yang belum pernah ada contohnya dan mungkin belum pernah tahu apa azab yang akan menimpanya. Kalau kita lihat kondisi saat ini, kaum LGBT bahkan ada yang mengaku beragama Islam. Seharusnya mereka bisa melihat kebelakang dan tahu azab yang pernah diberikan ALLAH kepada kaum-kaum seperti mereka.
Sepertinya sulit menghubungkan antara cinta dengan LGBT, bahkan rasanya tidak ada keterkaitannya sama sekali. Kalau cinta merupakan perasaan yang fitrah seperti air yang bening, LGBT merupakan kotoran yang harus dibersihkan.
Sekarang kita membahas tentang cinta, defenisi cinta yang hakiki adalah dapat kita baca dalam Al-Qur’an surat Al-Anfal ayat 2:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.
Orang yang beriman kepada ALLAH pada dasarnya adalah karena besarnya kecintaannya kepada ALLAH, sehingga disaat nama ALLAH tersebut dan ayat-ayat-Nya diucapkan, hatinya bergetar dan semakin bertambah kecintaannya kepada ALLAH.
Ketika membicarakan antara LGBT dan cinta kita hanya akan menemukan perbedaan seperti antara panasnya neraka dan kesejukannya surga.