serambiMINANG.com – Memangnya apa tujuan kita hadir di dunia ini? Sepengetahuanku dan sesuai kitab yang aku baca, kehadiranku hanyalah untuk mengabdi pada sang Tuhan. Aku selalu berusaha memegang teguh tujuan itu.
Lalu apa yang harus dialakukan agar tujuan itu tercapai? Apakah dengan hidup saja sebegaimana orang lain hidup? Hidup saja sesuai alur kebiasaan kebanyakan orang? Hidup saja dengan melakukan hal-hal yang tidak beresiko besar? Hidup saja dengan itu semua?
Atau, kita bisa menjadi diri sendiri. Mengambil langkah-langkah yang disusun sesuai dnegan keadaan dan kesanggupan diri. Memetakan masa depan hingga tujuan besar dapat tercapai. Menghindarkan diri dari resiko paling besar, murkanya Tuhan.
Memang itu semua adalah pilihan. Pertanyaannya sejak kapankah manusia diperbolehkan untuk memilih?
Sejak sebelum lahir? Tentu, ALLAH telah menanyakan dan memintak kesaksian kepada ruh yang akan dilahirkan. “Apakah aku ini tuhanmu?” Lalu ruh menjawab, “Benar Engkau adalah Tuhanku”. Lalu ruh yang ditiupkan ke janin yang baru tumbuh itu menjadi bayi dan dilhirkan ke bumi. Jika seandainya kita menjawab tidak, wallahua’lam yang terjadi.
Kita sudah disuruh memilih, bahkan jauh sebelum kita lahir. Tuhan saja, pemilik alam semesta ini menanyai kita. Apakah kita memilih untuk menuhankannya atau tidak. Bayangkan, Tuhan yang menjadikan gerhana matahari itu bisa terjadi memberikan pilihan kepada manusia. Pantaskah manusia tidak memebrikan pilihan kepada manusia lain? Atau apakah ini memang masih zaman perbudakan?
Setelah dilahirkan kebumi dengan tubuh mungil dan tidak mengerti apa-apa, sang bayi hanya menangis. Wallahua’lam, ALLAH membuat sang bayi melupakan percakapannya dengan ALLAH sebelum dilahirkan. Disinilah pentingnya seorang pemuda mencari wanita yang shalehah menjadi isterinya. Istri yang menjadi madrasah pertama sang bayi. Sang bayi seolah tidak memiliki pilihan dalam menjalani hidup di dunia ini, yang dilakukan hanyalah menangis dan terus menangis, sampai ketika besar dia telah lupa caranya untuk menangisi segala dosanya.
Seorang bayi lahir dalam keadaan fitrah, orang tuanyalah yang akan memawanya menuju jalan ketaatan atau jalan keingkaran. Saat itu sang bayi seolah tidak memiliki pilihan lain, karena dia masih belum mengerti apa-apa. Yang bisa dilakuan adalah menuruti Ummi.
Kini pertanyaan kedua muncul. Kapankah seorang manusia boleh memilih lagi?
ALLAH berfirman dalam Al-Qur’an dalam suatu ayat; Tidak ada paksaan dalam agama. Dalam ayat lain juga dikatakan; Masuklah kedalam Islam secara menyeluruh.
Apakah korelasi diantara keduanya? dan apakah hubungannya dengan pertanyaan kedua?
Kita tidak pernah dipaksa oleh ALLAH untuk memeluk agama Islam. Silahkan jika ingin mengambil Islam menjadi jalan hidup atau agama lain atau tidak ingin eragama sama sekali. Kita harus menyadari itu.Silahkan jika ingin Islam atau mencari jalan lain.
Jika kita memilih Agama Islam, memilih Islam menjadi jalan hidup, dan meyakini islam. Kita harus memasukinya secara menyeluruh, kita harus mengikuti setiap aturan yang diperintahkan dalam Islam, Juga menjauhi segala hal yang dilarang dalam Islam. Jangan setengah-setengah, mematuhi sebagian dan mengingkari sebagian yang lainnya. Bukankah ALLAH telah memberikan pilihan untuk masuk Islam atau tidak. Kalau tidak memilih islam sebagai jalan hidup silahkan, hanya saja jika memilih Islam ada banyak hal yang harus dilakukan da dihindari. Tidak ada lagi koma setelah itu.
Untuk menjawab pertanyaan kedua kita harus mengulas hal diatas terleih dahulu. Setelah memahaminya maka pertanyaan kedua akan terjawab.
Seorang anak akan terus menjadi anak-anak sampai datang masa aqil baligh. Sebelum itu datang dosa anak akan ditanggungkan kepada orang tua, setelah itu sang anaklah yang akan mempertanggung jawabkannya dihadapan Pencipta. Disaat itulah sang anak disuruh memilih jalan hidupnya, sesuai dengan Islam kah atau ingin mengambil jalan lain. Jika memilih Islam maka dia harus mengikuti segala aturannya.
Orang tua memang sangat sayang kepada anaknya, sehingga kadang tidak memberikan kesempatan bagi sang anak untuk memilih. Kita semua paham bahwa itu atas dasar cinta, tapi itu semua tidak akan selalu berakhir dengan baik.
Gambarannya ketika seorang anak selalu disuruh dan tidak diberi kesempatan memilih jalan hidunya, dia akan selalu menurut dan tidak tahu caranya memilih. Syukur jika sang orang tua merupakan orang yang sholeh dan masih hidup, pilihannya akan selalu mengarah kepada kebaikan. Tapi bagaimana jika orang tuanya sudah tiada atau dia dalam keadaan sendiri tidak bisa bertanya kepada orang tua? Disaat itulah sang anak tadi baru belajar mengambil pilihan hidup. Dan belajar itu akan selalu diiringi dengan banyak kesalahan. Masalahnya dia sudah terlalu tua untuk melakukan kesalahan itu, setiap kesalahannya akan berdampak besar dan lebih besar bagi dirinya dan orang lain dibanding jika dia melakukan kesalahan dimasa mudanya.
So, untuk para orang tua. Apa salahnya mengizinkan sang anak mengambil jalan hidupnya sendiri selagi dalam hal keta’atan kepada ALLAH. ALLAH saja menyuruh manusia memilih bahkan jauh sebelum manusia itu dilahirkan.