Beranda / Belajar Islam / “CINTA” Yang Katanya Tidak Harus Memiliki, Benarkah? (bagian 2)

“CINTA” Yang Katanya Tidak Harus Memiliki, Benarkah? (bagian 2)

Baca postingan sebelumnya “CINTA” Yang Katanya Tidak Harus Memiliki, Benarkah? (bagian 1)

cinta1Begitulah makna “Cinta tidak harus memiliki” yang sebenarnya dan mendatangkan banyak pahala. Sedangkan orang-orang terlalu mudah menyelewengkan dalam penafsirannya sehingga sumber pahala berupa, “Cinta tidak harus memiliki” itu tercoreng. Tanpa sadar justeru menjadi sumber dosa.

Kenapa, “Cinta tidak harus memiliki” ini bisa menjadi sumber dosa?

Jawabannya adalah karena kita tidak meletakkan sesuatu pada tempatnya. Kita hanya mencampur adukkan kebenaran dan kebathilan yang ALLAH jelas-jelas telah melarangnya dalam Al-Qur’an.

Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil Dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedangkan kamu mengetahui (Al-Baqarah:42)

Atau mungkin kebanyakan dari kita lupa hadits berikut:

“Setiap anak Adam telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi, tidak bisa tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba (menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan menginginkan dan berangan-angan. Lalu, kemaluanlah yang nanti akan membenarkan atau mengingkari yang demikian.” (H.R. Muslim, no. 6925)

Penjelasannya agar lebih dimengerti adalah seperti ini.

Jika, “Cinta tidak harus memiliki” diucapkan seseorang dengan bermaksud kepada orang yang belum halal dicintainya. Jika, “Cinta tidak harus memiliki” diucapkan oleh seorang kepada pacarnya karena dipisahkan jarak yang jauh. Maka itu hanya akan menjadi angan-angan belaka. Sedangkan angan-angan yang dimaksud disini adalah sama dengan angan-angan pada hadits diatas.

Baca :   Pelajaran Tentang Hutang Dari Kisah Seribu Dinar

Atau kita perlu mengingat-ingat kembali ccerita berikut agar semakin tersadar dan mengerti.

pada suatu hari,ketika rasulullah hendak menunaikan shalat dhuhur dimasjid,rasulullah melihat sahabatnya yang sedang turun dari unta untuk menuju ke masjid,menunaikan shalat dhuhur berjamaah.saat itu,sahabat rasulullah sewaktu turun dari untanya,sahabat rasulullah itu tidak mengikat untanya ke pohon.rasulullah yang melihat kejadian itu,beliau menuju ke sahabatnya dan menegurnya,
“wahai sahabatku,kenapa engkau tidak mengikat untamu di pohon?”tanya rasulullah.
“ya rasulullah,aku pasrah pada Allah(tawakal),segala sesuatu akau serahkan pada allah.kalo emang Allah mentakdirkan aku untuk kehilangan untaku,maka akan aku terima dengan tulus ikhlas.”jawab sahabat rasulullah.mendengar jawaban sahabatnya itu,rasulullah kemudian berkata,
“ikatlah untamu dulu di pohon,baru setelah itu pasrah kepada allah(tawakal),ikhtiar lebih dahulu baru kemudian tawakal pada Allah.kalo memang untamu sudah kamu ikat di pohon dan masih tetap saja hilang,barulah kamu pasrah dan bersabar serta tulus ikhlas merelakan untamu hilang.”
setelah mendengar nasehat dari rasulullah,akhirnya sahabat rasulullah mengikat untanya di pohon sesuai anjuran rasulullah.

Bersambung ke “CINTA” Yang Katanya Tidak Harus Memiliki, Benarkah? (habis)

Lihat Juga

Tentang han

Sedang BELAJAR.... dan terus BELAJAR

Lihat Juga

Cinta Yang Tak Jatuh

serambiMINANG.com – Cinta Yang Tak Jatuh Cinta, begitu orang mendengarnya maka yang terbayang hanya sisi …

Tinggalkan Balasan

"CINTA" Yang Katanya Tidak Harus Memiliki, Benarkah? (bagian 2) - Serambi Minang