“Dari Abu Hurairah berkata: Bersabda Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam: Aku peringatkan kamu dari prasangka sesungguhnya prasangka itu adalah bisikan yang paling bohong. Dan janganlah kamu mencari-cari rahasia (kelemahan, aib dan keburukan saudaranya), janganlah merasa-rasakan (yang bukan-bukan), janganlah kamu melakukan pertengkaran, jangan berhasad (dengki), jangan berbenci-bencian, janganlah membelakangkan (saudaramu seagama). Dan jadilah kamu hamba Allah yang bersaudara”. [HR Bukhari]
Su’u Dzon vs Waspada
Tidak dinafikan, ada situasi di mana kita perlu untuk bersangka buruk demi keselamatan diri. Ia juga dinamakan sebagai hati-hati atau waspada. Sebagai contoh, apabila seseorang itu mendengar bunyi benda yang berisik di rumahnya pada malam hari, perlu baginya untuk bersangka kemungkinan rumahnya dimasuki pencuri. Dari perasaan waspada inilah, langkah seterusnya dapat diambil untuk mengelakkan perkara yang tidak diingini terjadi. Jika tidak ada rasa waspada, kesannya bukan saja boleh membawa mudharat kepada diri sendiri, malah kepada orang yang berada di sekitarnya.
Buruk sangka (Su’u Dzon)
berarti berprasangka buruk kepada saudara kita tanpa adanya bukti yang jelas dan masuk akal. Buruk sangka merupakan salah satu pintu syaitan yang harus kita jauhi. Allah SWT berfirman,
“Dan jauhilah kebanyakan dari prasangka kerana sebagian prasangka itu adalah dosa” [Al-Hujurat : 12].
Adapun waspada tidak bersifat definitif (tidak cenderung mengatributkan sesuatu yang buruk kepada seseorang tertentu) serta disertai dengan bukti-bukti dan indikasi-indikasi yang mendukung.
Husnu Dzon
Hidup kita tidak lekang dari disangka buruk dan menyangka buruk. Jika diri terlibat, kunci menanganinya adalah beristighfar dan taubat. Nabi s.a.w bersabda:
“Setiap anak Adam itu ada kesilapan ( dosa) dan orang berdosa yang terbaik adalah mereka yang bertaubat” [HR At-Tirmidzi]
Berikut dituliskan tips dari Syeikh Abdul Qadir Al-Jilani untuk sentiasa bersangka baik sesama manusia:
Jika engkau bertemu dengan seseorang, maka yakinilah bahawa dia lebih baik darimu.
Ucapkan dalam hatimu : “Mungkin kedudukannya di sisi Allah jauh lebih baik dan lebih tinggi dariku”.
Jika bertemu anak kecil, maka ucapkanlah (dalam hatimu) : “Anak ini belum bermaksiat kepada Allah, sedangkan diriku telah banyak bermaksiat kepadaNya. Tentu anak ini jauh lebih baik dariku”..
Jika bertemu orang tua, maka ucapkanlah (dalam hatimu): “Dia telah beribadah kepada Allah jauh lebih lama dariku, tentu dia lebih baik dariku.”
Jika bertemu dengan seorang yang berilmu, maka ucapkanlah (dalam hatimu): “Orang ini memperoleh kurnia yang tidak akan kuperolehi, mencapai kedudukan yang tidak akan pernah kucapai, mengetahui apa yang tidak kuketahui dan dia mengamalkan ilmunya, tentu dia lebih baik dariku.”
Jika bertemu dengan seorang yang bodoh, maka katakanlah (dalam hatimu) : “Orang ini bermaksiat kepada Allah kerana dia bodoh (tidak tahu), sedangkan aku bermaksiat kepadaNya padahal aku mengetahui akibatnya. Dan aku tidak tahu bagaimana akhir umurku dan umurnya kelak. Dia tentu lebih baik dariku.”
Jika bertemu dengan orang kafir, maka katakanlah (dalam hatimu) : “Aku tidak tahu bagaimana keadaannya kelak, mungkin di akhir usianya dia memeluk Islam dan beramal soleh. Dan mungkin boleh jadi di akhir usia diriku kufur dan berbuat buruk.
Husnu Dzon Billah
Sulit mendefinisikan husnuzhan billah secara pasti. Beberapa ulama hanya menyebutkan maksudnya secara parsial. Ibnul Qayim menyebutkan, “husnuzhan billahhuwa husnul ‘amal”, prasangka baik kepada Allah adalah amal yang baik.” Yang lain menyebutkan, al fa’lu atau optimisme adalah bagian dari husnuzhan billah. Secara umum husnuzhan billahadalah berprasangka dan berharap kebaikan dari Allah berupa; pertolongan, ampunan dengan keyakinan yang utuh.
Ada kemiripan antara husnuzhan billah(berprasangka baik pada Allah)dengan tawakal(bergantung kepada Allah), ats tsiqah billah (yakin kepada Allah) dan raja’(harapan), meski pada hakikatnya berbeda.Untuk membedakannya, barangkali kita bisa menggunakan beberapa contoh.
Seseorang yang diuji dengan penyakit, dan tetap ridha serta berharap kebaikan kepada Allah, perasaan itu adalah misal darihusnuzhan billah. Adapun yang telah mengikat kendaraanya lalu berserah diri kepada Allah mengenai apa yang bakal terjadi pada kendaraannya, itulah salah satu contoh tawakal. Sedang yang berhijrah dari tempat tinggalnya yang penuh kemaksiatan meski disana hidupnya sukses,dia yakinAllah pasti akan memberi ganti yang lebih baik, itulah contohats tsiqah billah. Yang terakhir arraja’atau harapan, bukan lain adalah bersit harapan dalam hati dalam makna umum,yang jugaterdapat pada ketiga hal di atas. Wallahua’lam.
Ciri-ciri husnudzon billah itu ada tiga:
1. Quwatul qolbi, kekuatan hati brupa kteguhan dan kemantapan dlm brharap kpd Alloh.
2. Fushatur roja ‘indaz zillah, luasnya harapan ketika yg dtuju tak dapat diraih.
3. Nafyul iyash ma’a husnil inabah, nilainya rasa putus asa diiringi kepasrahan dg mengembalikan smuanya kpd Alloh.