Cinta dalam lantunan cerita sejarah memang tiada habisnya. Cinta itu sendiri juga cerita menyejarah yang telah menjadi nenek moyang dalam perjalanan hidup manusia.
Cinta memang tiada berbentuk, namun ketika dia bergelora tiba-tiba saja yang penakut bisa jadi pemberani. Yang lemah tiba-tiba saja kuat.
Akan tetapi cinta dalam arti yang sebenarnya tidak sempit pada laki-laki dan perempuan saja. Karena setiap perbuatan manusia memang sejatinya menunjukkan cinta, cinta kepada Tuhannya. Lalu tahap-tahap perjalanan hidupnya yang juga bercerita cinta dengan makhluk Allah yang merupakan pembuktian cinta kepada Allah.
Ibnu Qoyyim dalam sebuah karyanya menuturkan lantunan syair cinta penuh makna, makna yang menembus langit dan bertabur keinsyafan.
“Diantara mereka ada yang menyembunyikan rasa cinta
Ia menjaga keluhan lisan dan memutusnya
Di antara mereka ada yang berterus terang
Bila dicela,”tak usahlah mencela” ia bilang
Bukankah hatiku memang tempat ujian-NYA?
Bagaimana mungkin ia tersembunyi padahal telah nyata?
Dimanakah para pecinta yang mencintai mereka?
Dimanakah yang mencerai dan menyatukan asaangisan menghiasi mata mereka
Sungguh indah mata cinta saat menitikkan air mata
Mereka selalu terjaga, dan itulah keinginan hamba
Kala yang lain terlelap menutup mata
Mereka selalu terjaga, dan itulah keinginan hamba,
Kala yang lain tertidur lelap menutup mata
Dipintu itu mereka tumpahkan ratapan
Sebuah tangisan yangberguna jika tanpa kemunafikan
Air mata itu melindungi mereka
‘tuk memberi syafaat, air mata “penghamba” tentu bisa.”