serambiMINANG.com – Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi
Maha Terpuji.” (QS Lukman ayat 12).
Selain mengemban misi melatih ikhlas dan shabar, puasa Ramadhan juga mengemban misi menghadirkan keajaiban ketiga. Keajaiban ketiga itu adalah syukur, yang luar biasa berkahnya karena bisa melipatgandakan nikmat Allah.
Lainsyakartum la-azidannakum. Jika kalian bersyukur niscaya kami tambah nikmat untuk kalian. Demikian termaktub di Al Qur’an. Oleh karena itu, pada hakikatnya bersyukur itu adalah untuk diri kita sendiri (QS Lukman ayat 12).
Karena itu bila kita mensyukuri nikmatnya beristeri maka tentu akan ditambah. Tidak mesti kuantitasnya lho ya.. tapi setidaknya akan ditambah kualitas nikmat hubungan suami-istrinya: komunikasi ok, mesra, memiliki anak-anak yang shalih/shalihah menyenangkan, dan lain-lain.
Karena itu Ramadhan datang mengajari kita bersyukur dengan momen saat berbuka. Setetes air pun berasa nikmat dan bikin bersyukur.
Karena itu Nabi SAW mengingatkan momen indah itu dengan haditsnya: Li shaaimin farhataani. Bagi orang yang puasa ada 2 kegembiraan. Gembira ketika berbuka dan gembira ketika berjumpa dengan Tuhannya. Gembira saat berbuka adalah ekspresi jiwa syukurnya.
Nah, terkait berbuka puasa kita disunnahkan untuk menyegerakan berbuka. Apa rahasianya? Selain agar kita tidak menzhalimi badan, dengan sunnah menyegerakan berbuka maka kita akan menunggu saat-saat berbuka itu. Dengan menunggu saat-saat berbuka, maka nikmat berbuka itu berasa banget. Karenanya kita jadi pandai bersyukur kepadaNya.
Demikianlah, dengan media berbuka puasa Allah mengajari kita mensyukuri nikmat yang “sepele” pun. Karena itu kita akan lebih bisa mensyukuri nikmat yang “tidak sepele”. Jadi, sudahkah kita benar- benar pandai bersyukur?
Ada seorang laki-laki yang pandai sekali dalam bersyukur. Bukan hanya nikmat yang diterimanya, tetapi juga disyukurinya nikmat seluruh makhluk di bumi ini. Itu tercermin dalam doanya yang dibacanya setiap pagi dan sore. Karenanya lelaki itu beroleh tambahan nikmat yang SANGAT banyak. Hingga namanya melambung tinggi di antara penduduk bumi dan jadi pembicaraan penduduk langit dulu hingga kini. Siapakah ia gerangan?
Dia adalah Nabi kita Muhammad SAW, yang telah belajar dari saat-saat berbuka puasa Ramadhannya hingga pakar sekali dalam bersyukur.
Karena itu, mari kita teladani Nabi Muhammad SAW dalam berbuka agar kemampuan bersyukur kita meningkat. Termasuk dengan memberi makan orang yang berbuka puasa. Sebab hal tersebut menyadarkan betapa berharganya kelebihan makan yang kita miliki. Karenanya, Allah memberi insentif pahala sebanyak pahala orang yang berpuasa tersebut tanpa mengurangi pahala yang bersangkutan. Luar biasa bukan?
Semoga kita semuanya bisa merasa nikmat berbuka dan merasakan peningkatan kemampuan bersyukur yang hebat. Amin.