serambiMinang.com – Perbedaan Sudut Pandang atau Perbedaan Nilai ??
Akhir-akhir ini banyaklah berita tentang kudeta yang terjadi di negara Muslim, Turki. Yaitu kudeta terhadap presiden Turki, Erdogan.
Berbagai media-pun ikut menghangat-kan situasi ini. Bahkan secara umum ada dua opini yang berkembang di media, yang kontra dan pro-kudeta, meski dikemas dengan hanya sekedar menggiring opini. Opini-opini sesat pun berkembang dengan menjual kata analisis, pengamat, dll.
Setidaknya ada dua haluan besar media/tokoh/cendekiawan yang ber-opini dengan kudeta ini. Yang kontra terhadap kudeta ini secara umum merupakan dari kalangan Islamis secara umum, rata-rata dari kaum muslim yang berpikiran normal dan sehat.
Dan yang pro terhadap kudeta, walaupun tidak diungkapkan secara lansung (setidaknya penggiringan opini) secara umum dilakoni oleh kalangan sekuler-liberal, syiah, atau barangkali ada kalangan yang benar2 keliru dalam mengambil dan mempercayai sumber informasi. Yang jelas 2 sudut pandang ini tentu sangat populer dikalangan masing2.
Lantas adakah yang benar ?? Tentu ada. Dan untuk menentukan yang benar, setidaknya melalui sudut pandang yang benar yang kemudian di anggap benar (atau setidaknya yang paling mendekati dengan kebenaran) itu tentu dipengaruhi oleh pemahaman/ilmu yang menjadi nilai dan kacamata seseorang dalam menghasilkan pandangan/sudut pandang/pemikiran/dll.
Bukankah kita membutuhkan yang objektif, netral dsb?? Benar tapi objektif itu sendiri juga berasal dari nilai dan pemahaman yang di anut. Dan tidak ada yang namanya netral di dunia ini. Semuanya akan tergantung kepada kacamata nilai yang dipakai, pemahaman yang di anut.
Sebagai contoh adalah bagaimana perbedaan pandangan yang sangat mencolok terhadap terhadap sahabat Abu Bakr ash shidiq, Umar Ibn Khathab, Utsman Ibn ‘Affan dari dari kalangan Syiah dan Islam. Dan juga perbedaan yang sangat tajam antara pandangan terhadap Islam sebagai satu-satunya agama yang benar, berbeda antara kalangan Islam dan Sepilis.
Tentu ini bukan sekedar perbedaan pandangan / perbedaan pendapat, tapi merupakan perbedaan yang sangat mendasar. Meskipun banyak khilafiah terjadi dalam masalah fiqh, maka tidak termasuk yang saya bicarakan.
Maka tidak heran perbedaan tolak ukur, nilai, dan pemahaman yang di anut akan menghasilkan pandangan yang berbeda pula. Tapi sebagai seorang muslim kita juga punya pandangan dalam kehidupan. Maka jika tidak mengetahui akan sesuatu hal maka bertanyalah kepada yang mengetahui. Apalagi perihal agama kita, akankah kita bertanya kepada barat, syiah, sepilis ??.
Firman Allah dalam surat An Nahl ayat 43:
“…….maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui”
Allahu a’lam