serambiMINANG.com – Diantara ribuan sekolah Muhammadiyah di Indonesia, SMK Muhammadiyah 1 Padang patut berbangga. Bagaimana tidak, salah satu alumni sekolah yang beberapa waktu lalu berhasil menciptakan motor pemadam kebakaran ini berhasil menemukan Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut-Sistem Bandulan (PLTG-SB). Temuan fenomenal ini merupakan yang pertama kali di dunia dan dihasilkan putera terbaik Indonesia. Temuan ini sangat kontekstual disaat krisis energi mengancam peradaban.
Adalah Zamrisyaf, warga Desa Sitalang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Setalah lulus dari STM Muhammadiyah Padang (sekarang SMK) Jurusan Teknil Elektro, dia merasa galau. Sering dia merenung kenapa desanya selalu gelap gulita, lalu ia berpikir keras bagaimana caranya untuk menerangi desanya. Akhirnya, pada awal 1980 pria kelahiran Bukit Tinggi, 19 September 1958 ini menemukan teknik pembangkit listri tenaga mikrohidro. Dengan membuat kincir air dari kayu, dia memanfaatkan derasnya aliran air sungai untuk memutar kincir yang dihubungkan ke generator listrik. Hasilnya, kincir air itu berhasil mengalirkan listrik untuk 30-an rumah di desanya, Desa Sitalang, Lubuk Basung, Sumatera Barat. Keberhasilan itu cepat tersiar dan ditiru puluhan desa lain di Sumatera Barat. Atas jasanya itu, pada 1983 Zamrisyaf dianugerahi penghargaan Kalpataru oleh Presiden Soeharto.
Zamrisyaf bersama percobaannya Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut – Sistem Bandulan (PLTGL-SB), di Muara Penjalinan, Padang, Sumbar. Gerak bandul menjadi gerak putar, transmisi putaran, roda gila (Fly Wheel) dan dinamo, yang dapat menghasilkan daya listrik sekitar 20 Megawatt untuk lautan seluas satu kilometer persegi hanya melalui gelombang laut.
Tahun 1980’an adalah tahun yang sangat sulit, hampir dia putus asa dan akhirnya ia memilih merantau ke negeri Jiran, Malaysia. Penghargaan dari Presiden Soeharto pun diterima bapaknya. Setelah mendapat Kalpataru, dia diminta pulang oleh Azwar Anas, gubernur Sumatera Barat saat itu, untuk membantu pengembangan listrik di wilayah terpencil. Akhirnya, pada 16 Agustus 1983, ia mulai bekerja di PLN Sumatera Barat. Dia pun bertugas mencari sumber-sumber pembangkit listrik mikrohidro di wilayah Sumatera Barat, termasuk kepulauan-kepulauan kecil seperti Mentawai.
Pada Tahun 1999, tercetus ide untuk menggunakan energi gelombang laut sebagai sumber pembangkit listrik. Ide awalnya sederhana, ketika dia menumpangi kapal dari Mentawai ia merasa kapalnya terombang-ambing oleh ombak. Kekuatan ini menurutnya dapat menghasilkan energi yang besar pula. Idenya ini diperkuat lagi ketika dia berlayar ke Jakarta. Lonceng kapal yang dinaikinya berpindah-pindah dari kiri ke kanan, sepertinya dapat menggerakkan dinamo. Jika dibentuk motor pembangkit listrik, tentu dapat menghasilkan energi listrik yang besar.
Namun, mewujudkan ide itu tidak mudah. Ia merasa tidak pernah kuliah di perguruan tinggi, tidak pernah pula mempelajari energi laut di bangku pendidikan formal. Ide-idenya hanya dituangkan dalam rangkaian uji coba. Ide dasarnya adalah menggunakan pontoon (tongkang kecil) yang diberi bandul diatasnya kemudia digerakkan memutar. Ketika pontoon miring atau bergerak karena ombak, bandul akan memutar mencari titik keseimbangan. Karena empasan ombak datang terus, bandul pun terus bergerak memutar. Lalu saat poros bandul tersebut dihubungkan dengan dinamo, gerakan memutar itu akan diubah menjadi tenaga listrik. Karena itulah, teknik itu dinamainya pembangkit listrik tenaga gelombang-sistem bandulan (PLTG-SB).
Pada 2002 Zamrisyaf mulai uji coba yang pertama, dengan dibantu warga perumahan yang notabenenya adalah tetangganya. Ia beramai-ramai ke pantai untuk menguji teorinya. Saat itu dia merangkai enam drum menjadi ponton. Di atasnya terdapat bandul, pelat becak, dan roda sepeda, namun belum dipasang dinamo. Walau hasilnya belum memuaskan, tapi teorinya mendekati kebenaran.
Serangkaian uji coba pun terus dilakukan, dengan merogoh kocek sendiri dari 40-150 juta. Barulah Pada Tahun 2007 dia mendapat bantuan dari PLN Sumatera Barat, uji coba pun dilakukan di Pantai Ulak Karang, Padang. Pada percobaan ini lampu sudah bisa menyala, kadang terang, kadang redup, tapi ia tetap yakin bahwa gelombang laut bisa diubah menjadi tenaga listrik.
Untuk mengembangkan temuannya, 2009 Zamrisyaf dipindah ke bagian Litbang PLN Pusat di Jakarta. Ia pun harus rela tinggal di kos-kosan dan meninggalkan keluarganya di Padang. Setelah di Jakarta, ia bertemu dengan Profesor Mukhtasor dari ITS yang ahli teknik kelautan, dari pertemuan ini akhirnya dia bisa menemukan formula yang ideal untuk menghasilkan tenaga listrik.
Warga dibantu crane menurunkan ponton untuk meletakkan bandul agar menghasillan energi listrik
Profesor Mukthasor menganggap temuan Zamrisyaf ini unik dan bisa diterapkan di lapangan. Menurut dia, sistem pembangkit listrik tenaga gelombang laut dengan sistem bandulan (PLTG-SB) potensial dikembangkan di wilayah Indonesia. Berdasar kajian ITS, pembangkit ini cocok ditempatkan di garis pantai yang berhadapan dengan laut lepas. Setelah diidentifikasi, temuan ini cocok digunakan di wilayah yang tidak mengganggu jalur lalu lintas laut, potensinya bisa mencapai 6 ribu megawatt (MW).
Mentahkan Klaim Amerika
Pria yang sudah pensiun dari PLN ini juga harus menghadapi sendiri protes pengembang listrik asal Amerika Serikat yang mempertanyakan temuannya berupa “Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut – Sistem Bandulan (PLTGL-SB). Pengembang listrik asal Amerika Serikat itu mengklaim temuan PLTGL-SB yang sudah dipatenkan oleh pria ini sebagai tiruan karena di Amerika Serikat sudah lebih dahulu ada.
Protes tersebut tidak membuat pria ini mundur dari cita-citanya yang ingin mewujudkan mimpinya. Pengembang listrik asal Amerika Serikat itu protes melalui YouTube, karena PLTGL-SB itu dirilis ke YouTube. Tapi setelah diterangkan bahwa Hak Patennya sudah ada semenjak 27 Desember 2002, mereka diam dan bisa menerima karena hak paten yang mereka miliki ternyata terbit tahun 2006. Artinya, hak paten PLTGL-SB lebih dahulu dari mereka. Zamrisyaf sudah mendaftarkan hak paten temuannya itu pada 2002. Namun, karena lamanya proses pembuatan, hak paten itu baru keluar pada 2010 dengan nomor P.00200200854.
Minimnya Perhatian Negara
Meskipun sudah pensiun dari PLN, pria ini tetap berkomitmen untuk mengembangkan karyanya. Hanya saja perhatian dari negara sangat minim sekali. Dalam proses pengembangan karyanya, dia hanya dibantu teman-temannya, Ia membandingkan dengan Skotlandia, dimana negara sangat mendukung penemuan energi baru dan terberukan, disana produk gelombang laut sudah dipakai secara massal, karena di setiap percobaan negara selalu memberi dukungan, padahal start awal riset hampir bersamaan dengan Zamrisyaf. Di Tahun 2015, setelah melalui berbagai proses penyempurnaan dan hanya dibantu teman-temannya, energi temuan Zamrisyaf mampu menghasilkan 5000 watt. Di Tahun 2016 ini meskipun minim perhatian pemerintah, dia optimis bertahun-tahun perjuangannya tidak akan sia-sia. Perusahaan Semen Padang Insya Allah akan membantu proyek ini menjadi produk industri yang bermanfaat.
Sederet penghargaan pun telah ia raih, selain Kalpataru 1983 , dia juga meraih penghargaan Perintis Lingkungan Hidup oleh Menteri Negara Sosial (1991), Tanda Kehormatan Satyalencana Pembangunan 2002 oleh Presiden, Dharma Karya Pertambangan dan Energi 2005 oleh Menteri ESDM, 100 Inovator Indonesia 2008 oleh Menteri Riset dan Teknologi serta yang terbaru menjadi tokoh inspiratif di salah satu stasiun TV swasta. Itulah sepenggal kisah dari Zamrysaf, lulusan SMK Muhammadiyah yang kreatif dan sarat prestasi, SMK bisa. (sang pencerah)