serambiMINANG.com – Pengadilan di Nice, Prancis, mengukuhkan ketetapan walikota Cannes yang melarang penggunaan burkini atau pakaian renang perempuan yang menutup seluruh tubuh, di pantai-pantai kota itu.
Berbagai kelompok Islam dan pembela hak-hak sipil mengungkapkan kemarahan atas larangan itu, namun menurut pengadilan, ketetapan itu legal.
Kelompok anti homofobia di Perancis (CCIF) menegaskan untuk mengajukan banding terhadap keputusan pengadilan administratif Perancis itu.
Pihak berwenang di Cannes dan desa-desa sekitarnya memilih untuk melarang pakaian renang seluruh tubuh itu sejak akhir Juli.
Kendati dikecam kalangan Islam, pengadilan memutuskan larangan penggunaan busana renang perempuan Muslim Burkini di pantai-pantai Cannes, absah menurut undang-undang yang melarang diabaikannya aturan umum terkait ‘hubungan antara otoritas publik dan individu pibadi’ atas dasar agama.
Hakim menyebutkan itu diberlakukan “dalam konteks keadaan darurat dan serangan kaum militan Islamis belakanghan ini, terutama yang terjadi di Nice sebulan yang lalu.”
Tapi pengacara CCIF Sefen Guez Guez, mengatakan ia akan mengajukan banding kepada Dewan Negara, badan administratif tertinggi di Perancis.
“Keputusan ini membuka pintu bagi larangan terhadap semua simbol agama di ruang publik,” tambahnya.
Dalam ketetapan di Cannes, siapa pun yang tertangkap melanggar larangan burkini, diancam denda sebesar €38 (sekitar Rp550.000). Namun mulanya meeka akan diminta untuk mengganti burkini mereka dengan kostum renang lain atau pergi dari pantai.
Belum ada yang ditangkap karena memakai burkini di Cannes sejak ketetapan itu mulai berlaku pada akhir Juli.
Ini bukan pertama kalinya bahwa pakaian perempuan yang dikaitkan dengan Islam radikal dibatasi di Perancis. Pada tahun 2011 Prancis menjadi negara pertama di Eropa yang melarang burka, atau jilbab yang menutup seluruh wajah penuh, serta nigab jilbab yang menutupi sebagian muka.
Awal pekan lalu, sebuah taman air swasta di dekat Marseille membatalkan sepihak hari burkini yang diselenggarakan sebuah kelompok di sana setelah menghadapi sejumlah kecaman.(bbc)