serambiMINANG.com – Perdana Menteri Prancis Manuel Valls mengatakan pelarangan penggunaan burkini di negaranya merupakan sebuah hal yang baik untuk masa depan dunia. Valls menyebutkan, Prancis kini sedang bergelut dengan pertempuran budaya, di mana baju renang untuk muslimah itu digambarkan sebagai perbudakan perempuan.
“Kita harus mengobarkan perjuangan untuk melawan Islam radikal, salah satunya dengan menyaring ke publik simbol-simbol yang mereka gunakan seperti hijab, burka dan burkini,” ujar Valls, seperti dikutip dari koran Sydney Morning Herald, Jumat (26/8).
Valls menyatakan dukungannya pada pelarangan penggunaan hijab, burka dan juga burkini. Menurut dia ini bukan masalah rasis atau menggolong-golongkan agama, melainkan untuk kepentingan bersama.
Dengan tegas, PM Prancis ini menyebutkan burkini adalah lambang bagi perbudakan perempuan.
“Bagi saya burkini ini merupakan simbol dari perbudakan perempuan,” tegasnya.
Larangan penggunaan burkini di Prancis benar-benar terjadi. Kemarin ada foto beredar dimana beberapa polisi meminta seorang perempuan memakai burkini untuk membuka sebagian baju renangnya tersebut. Foto ini menjadi viral dan banyak menuai kritik, tak hanya di Prancis, tapi juga di beberapa negara Eropa, salah satunya Inggris. (merdeka)
Padahal jika kita coba menelitik kebelakang, budak justru adalah orang-orang yang kesulitan mendapatkan bahan pakaiyan, sehingga dia menutupi tubuhnya dengan pakaiyan seadanya saja. Bukankah pengguna bikini jauh lebih terlihat seperti budak?