Beranda / Surau / Dakwah / Ummati… Ummati… Ummati…

Ummati… Ummati… Ummati…

serambiMINANG.com – Sejarah adalah peristiwa yang selalu berulang di setiap rentang waktu, substansinya sama dan yang berubah hanya aktor, lokasi, setingan dan waktu. Berkaitan dengan kekuasaan, kepemimpinan, keserakahan, ketamakan, keculasan, kedermawanan, keadilan sekaligus kenegarawanan, dalam catatan yang ada sejak dunia terkembang hanyalah kisah pergulatan antara yang baik dan yang buruk. Ada yang mampu dan berkaca dari sejarah mengambil ibrah, ada juga yang tidak.

Pada akhirnya waktu jualah yang akan menentukan siapa pemenang dan siapa pecundang. Sunatullah memberikan sinyal cukup jelas sebagai akhir cerita dalam seluruh rangkaian tersebut bahwa, kaum pecundang pada umumnya adalah kaum yang mengingkari kebenaran firman tuhannya, demikian pula sebaliknya. Dan jangan lupa, di dalam QS Al Mujadalah ayat 20 dikatakan bahwa _orang-orang penentang Allah beserta Rasul-Nya adalah orang-orang yang hina._

Apa saja yang sudah dikatakan oleh Sang Khalik, adalah sebuah ketetapan yang harus diimani oleh manusia, karena firman tuhan bukanlah sebuah hidangan prasmanan yang boleh dipilih dan diambil hanya yang disukai saja. Meski sulit, seyogianya menjadi manusia kaffah tentulah idaman setiap insan. Dengan arti kata semua ayat dalam kitab tak bisa dipilih-pilih mana yang akan diyakini, karena semua sudah given. Agama adalah pegangan hidup, memisahkan agama hanya untuk urusan tertentu saja berarti menafikan keberadaan agama itu sendiri.

Baca :   Kisah Mengharukan Darwati, Pembantu Rumah Tangga Yang jadi Sarjana

Dan sungguh saat ini sebuah imaji melayang-layang di pelupuk mata, ketika rasul lelaki perkasa itu detik-detik terakhir menjelang dipanggil Sang Maha Pencipta, sebuah ucapan kecintaan sekaligus kekhawatiran akan ummatnya, terucap dari mulut beliau: “ummatii, ummatii, ummatii”. Kekasih Allah itu akhirnya berpulang jua dan para sahabat, keluarga serta handai taulan larut dalam kesedihan tak kuasa meneteskan air mata.

Pada saatnya nanti pasti kitapun akan mengikuti jejak beliau. Lalu sebenarnya apa sih yang membuat kita ribut dan perebutkan selama di dunia ini? Selamat tinggal harta, selamat tinggal wanita, selamat tinggal tahta. Dan, ya Rasulullah, maafkan kami. “Ummatii, ummatii, ummatii”.

*Taman Yasmin, 16 April 2017*

Lihat Juga

Tentang Androecia Darwis

Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Andalas, Padang

Lihat Juga

Lihat Rekam Jejak, Jangan Beri Penilaian Karena Penampilan Sesaat

KASURAU – Ada dua peristiwa yang disikapi berbeda oleh Rasulullah saw; Pertama saat setan yang …

Tinggalkan Balasan

Ummati... Ummati... Ummati... - Serambi Minang