Beranda / Surau / Pemikiran Islam / Menanggapi Tulisan Berjudul Warisan (Afi Nihaya Faradisa). Andri : Ini hanya paranoid belaka!

Menanggapi Tulisan Berjudul Warisan (Afi Nihaya Faradisa). Andri : Ini hanya paranoid belaka!

Tulisan yang berjudul “warisan” yang ditulis oleh Afi Nihaya Faradisa di akun facebooknya menuai pro dan kontra. Tulisan yang bernuansa menolak klaim ‘kebenaran’ dalam agam ini mendapat banyak tanggapan. Salah satunya adalah tanggapan dari aktivis Indonesia Tanpa JIL Padang, Andri Oktavianas. Sebagaimana yang dikutip serambiMinang.com di akun facebook ITJ Padang. Beginilah tanggapan mantan kordinator ITJ Padang tersebut;

1.Kebetulan saya lahir di Indonesia dari pasangan muslim, maka saya beragama Islam. Seandainya saja saya lahir di Swedia atau Israel dari keluarga Kristen atau Yahudi, apakah ada jaminan bahwa hari ini saya memeluk Islam sebagai agama saya? Tidak.
Saya tidak bisa memilih dari mana saya akan lahir dan di mana saya akan tinggal setelah dilahirkan.
Kewarganegaraan saya warisan, nama saya warisan, dan agama saya juga warisan.
Untungnya, saya belum pernah bersitegang dengan orang-orang yang memiliki warisan berbeda-beda karena saya tahu bahwa mereka juga tidak bisa memilih apa yang akan mereka terima sebagai warisan dari orangtua dan negara.

Tanggapan: Kalo boleh dibilang sih, cara afi menulis ini juga warisan, cara berpikir, ilmu yang dia dapat, bahkan cara makan, minum, mandi, gosok gigi juga warisan. Jadi tidak ada yang orisinil dari manusia, termasuk afi yang nulis warisan ini, karena semuanya adalah warisan. Jika mau lebih ekstrem, manusia pertama yang ada di muka bumi ini, maka dia mewarisi siapa?

Kalo bicara Tuhan yang mengajari manusia pertama itu, itu kita bicarakan nanti. Pengertian warisan kayaknya perlu diperjelas makna dan batasannya.

Pada hakikatnya semua hal yang kita mampu termasuk saya yang membalas tulisan ini didapat dengan proses belajar. Saya makan dengan cara yang saya pelajari, minum dengan yang saya pelajari, bersosial dan berbuat baik dengan hal yang saya pelajari. Saya beragama dengan yang saya pelajari juga. Tidak ada yang orisinil dari manusia ?
Kita belajar segala hal dalam hidup, belajar kalau ada yang baik da nada yang buruk. JIka konsep semua hal adalah warisan maka yang paling relevan untuk menjaga ke orisinilan kemanusiaan adalah kita dibiarkan begitu saja sejak kecil. Nyatanya tidak ! kita belajar mana hal yang baik dan mana hal yang buruk. Kita belajar bahwa hitam tidak sama dengan putih, kita belajar mencuri itu salah. Normalkah ini?

Jika awalnya manusia yang belum menerima ‘warisan’ itu belum mendapat warisan (pelajaran) apa-apa lalu bagaimana mendefenisikan baik dan buruk, hitam dan putih. Allright, semuanya dari proses belajar. Kalo gak belajar ya gak tau. Konsekuensi paling ekstrem dari logika manusia hanya menerima warisan adalah ‘segala sesuatu adalah benar’ toh itu hanya masala kesepakatan yang muncul belakangan.

2. Setelah beberapa menit kita lahir, lingkungan menentukan agama, ras, suku, dan kebangsaan kita. Setelah itu, kita membela sampai mati segala hal yang bahkan tidak pernah kita putuskan sendiri. Sejak masih bayi saya didoktrin bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar. Saya mengasihani mereka yang bukan muslim, sebab mereka kafir dan matinya masuk neraka.

Tanggapan : Bicara doktrin, tulisan ini pun juga merupakan doktrin. Doktrin afi untuk para pembaca. Doktrin dari afi yang melawan doktrin yang di ajarkan tadi. Intinya afi ini hanya berpindah dari satu doktrin ke doktrin yang lain.

3. Ternyata,
Teman saya yang Kristen juga punya anggapan yang sama terhadap agamanya. Mereka mengasihani orang yang tidak mengimani Yesus sebagai Tuhan, karena orang-orang ini akan masuk neraka, begitulah ajaran agama mereka berkata.
Maka,
Bayangkan jika kita tak henti menarik satu sama lainnya agar berpindah agama, bayangkan jika masing-masing umat agama tak henti saling beradu superioritas seperti itu, padahal tak akan ada titik temu.
Jalaluddin Rumi mengatakan, “Kebenaran adalah selembar cermin di tangan Tuhan; jatuh dan pecah berkeping-keping. Setiap orang memungut kepingan itu,
memperhatikannya, lalu berpikir telah memiliki kebenaran secara utuh.”

Tanggapan: Cukup membingungkan juga, yang dimaksud Tarik menarik untuk berpindah agama, juga saling beradu superioritas yang dimaksud afi ini apakah betul-betul terjadi di dunia nyata ? atau hanya ketidakmampuan dalam mengolah informasi setiap peristiwa yang ada dengan benar.

Dalam beberapa trend dikalangan yang berpikiran dari luar agama juga sering menggambarkan seolah ada konflik yang hebat atau beradu superioritas, pada kenyataannya ini tidak benar2 terjadi di dunia nyata. Hanya paranoid belaka, karena dipelihara berlama-lama dan tidak dikonfirmasi maka seolah itulah kenyataan yang sebenarnya padahal tidak.

Selanjutnya yang dikatakan afi Tarik menarik untuk berpindah agama, afi juga tidak bilang maksudnya siapa, kejadian apa, atau dimana. Atau juga ajaran siapa. Jika disebut dalam Islam, dalam Islam sendiri dilarang maksa-maksa orang untuk pindah agama. Lalu ngomongin siapa ? ga tau, Tanya kea fi aja.

Tentang puisi Rumi yang dikutip maknanya harus dijelaskan, karena dengan dibiarkan begitu saja seolah Jalaludin Rumi jadi justifikasi buat membenarkan doktrin dari tulisan afi. Apa benar Jalaludin Rumi sependapat, this is unfinishing meaning.

4. Salah satu karakteristik umat beragama memang saling mengklaim kebenaran agamanya. Mereka juga tidak butuh pembuktian, namanya saja “iman”.

Tanggapan: Tanpa disadari afi ini juga sedang melakukan klaim. Klaim terhadap agama-agama yang sedang dibicarakannya.

Klaim dalam KBBI berarti – tuntutan pengakuan atas kebenaran. Jadi jika dikatakan mengklaim kebenaran agamanya, berarti yang menulis ini sedang mengatakan agama anda belum tentu benar.

Selanjutnya afi juga mengklaim mereka (yang beragama tsb) tidak butuh pembuktian, namanya saja iman.
Lagi-lagi ini hanya klaim dari afi belaka, ini hanya tuduhan. Apa ia yang beriman ga butuh bukti ?? bahkan kalo mau dibalikkan afi juga tidak butuh bukti atas tulisannya ini, toh ini Cuma klaim. Kalo ada yang mau Tanya bukti ke saya saya akan jelaskan buktinya, plus ilmiahnya.

5. Manusia memang berhak menyampaikan ayat-ayat Tuhan, tapi jangan sesekali mencoba jadi Tuhan. Usah melabeli orang masuk surga atau neraka sebab kita pun masih menghamba.

Tanggapan: Dua kalimat ini kontradiksi. Di awal dikatakan manusia memang berhak menyampaikan ayat-ayat Tuhan, tapi berikutnya dikatakan usah melabeli orang masuk surge atau masuk neraka.
Ini problem makna yang tidak selesai dalam pemikiran penulis ini. Bagaimana mungkin menyampaikan ayat-ayat Tuhan tapi tidak boleh bicara siapa masuk surge dan neraka.

Baca :   Lepas Penerima Beasiswa 5.000 Doktor, Ini Pesan Mentri Agama.

Dalam ayat Tuhan surah Al Maidah ayat 72 dikatakan ‘’kafirlah orang yang berkata Allah itu dialah Al Masih putera Maryam, padahal Al Masih sendiri berkata ‘wahai bani Israil sembahlah Allah tuhanku dan Tuhanmu”

Ternyata dalam ayat Tuhan yang kata afi berhak untuk disampaikan dikatakan bahwa gak boleh menyembah ke selain Allah, termasuk yang bilang Allah itu adalah Yesus (Isa). Bahkan ayat Tuhan dalam surah Al Maidah ini mengatakan mereka kafir. Dimana mereka tinggal nanti ? Lanjutannya “ Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka sungguh Allah mengharamkan surge baginya, dan tempatnya ialah neraka”
Nah ini yang terdapat dalam ayat Tuhan yang udah dibolehkan untuk disampaikan oleh afi tadi.

6. Latar belakang dari semua perselisihan adalah karena masing-masing warisan mengklaim, “Golonganku adalah yang terbaik karena Tuhan sendiri yang mengatakannya”.
Lantas, pertanyaan saya adalah kalau bukan Tuhan, siapa lagi yang menciptakan para Muslim, Yahudi, Nasrani, Buddha, Hindu, bahkan ateis dan memelihara mereka semua sampai hari ini?

Tanggapan: Lagi-lagi kalimat pertama ini hanya klaim semata. Karena yang disebut latar belakang semua perselisihan adalah karena masing-masing bilang golonganku yang terbaik. Tidak ada bukti di dunia nyata. Kalaupun ada perselisihan apa iya latar belakangnya seperti yang dibilang dalam kalimat pertama tersbut. Hanya delusi !!

Betul sekali Tuhan yang menciptakan segala sesuatu. Tapi dalam ayat-ayat Tuhan ( ini berhak disampaikan seperti kata afi) juga disebutkan bahwa hanya yang beriman kepada Allah yang masuk surga.
Dan orang yang kafir itu masuk neraka (QS Al Baqarah ayat 39)
Nah itu kata Tuhan dalam ayatnya, saya bukan klaim. Cuman sampaikan doing. 😀

7. Tidak ada yang meragukan kekuasaan Tuhan. Jika Dia mau, Dia bisa saja menjadikan kita semua sama. Serupa. Seagama. Sebangsa.
Tapi tidak, kan?

Tanggpan: Karena udah boleh pakai ayat Tuhan. Tanpa klaim n klaim saya sampaikan ayat Tuhan

“Manusia itu dulunya satu ummat. Lalu Allah mengutus para nabi untuk menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Dan diturunkanNya bersama mereka kitab yang mengandung kebenaran, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Dan yang berselisih hanyalah orang-orang yang telah diberi kitab, setelah bukti-bukti yang nyata sampai kepada mereka karena kedengkian diantara mereka sendiri. Maka dengan kehendaknya, Allah memberi petunjuk kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus”(QS Al Baqarah 213”

8. Apakah jika suatu negara dihuni oleh rakyat dengan agama yang sama, hal itu akan menjamin kerukunan? Tidak!
Nyatanya, beberapa negara masih rusuh juga padahal agama rakyatnya sama.

Tanggapan: Adakah penelitian yang bilang kalau kerusuhan disebabkan oleh agamanya. Atau karena menjalankan perintah agamanya. Ini hanya paranoid belaka. Jadi agama hanya dijadikan kambing hitam atas kerusuhan yang ada.

9. Sebab, jangan heran ketika sentimen mayoritas vs. minoritas masih berkuasa, maka sisi kemanusiaan kita mendadak hilang entah kemana.

Tanggapan: Sentimen mayoritas vs Minoritas. Entah siapa yang sedang dibicarakan dalam hal ini. Karena di Indonesia sendiri semua biasa-biasa saja. Hanya terahir persoalan penghinaan agama yang membuat orang yang dihina tersebut marah.

Apa ada aksi-aksi tuntutan yang mengintimidasi ke-minoritasan?? Gak ada!! Yang ada Umat muslim yang protes dalam kasus penghinaan agama yang tak kunjung diselesesaikan pemerintah, hanya menuntut satu orang, bukan golongan, ras, atau agamanya. Sedangkan kita tidak sebut oknum yang menghina agama orang lain ini sebagai perwakilan kaumnya atau agamanya, bukan? Jadi sekali lagi ini paranoid saja.

10. Bayangkan juga seandainya masing-masing agama menuntut agar kitab sucinya digunakan sebagai dasar negara. Maka, tinggal tunggu saja kehancuran Indonesia kita.

Tanggapan: Ngomong-ngomong yang dimaksud ini siapa sih?? Kalau kalimat ini sedang membicarakan fakta, maka itu tidak pernah terjadi di Indonesia. Jika hanya membayang-bayangkan saja, maka sejak paragraph pertama saya rasa tulisan ini dibumbui paranoid terlalu besar. Entah paranoid pada hal yang nyata adanya atau hanya hayalan atau delusi penulis semata.

11. Karena itulah yang digunakan negara dalam mengambil kebijakan dalam bidang politik, hukum, atau kemanusiaan bukanlah Alquran, Injil, Tripitaka, Weda, atau kitab suci sebuah agama, melainkan Pancasila, Undang-Undang Dasar ’45, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Dalam perspektif Pancasila, setiap pemeluk agama bebas meyakini dan menjalankan ajaran agamanya, tapi mereka tak berhak memaksakan sudut pandang dan ajaran agamanya untuk ditempatkan sebagai tolok ukur penilaian terhadap pemeluk agama lain. Hanya karena merasa paling benar, umat agama A tidak berhak mengintervensi kebijakan suatu negara yang terdiri dari bermacam keyakinan.

Tanggapan: Tidak ada sih yang mau maksa-maksain untuk menjadikan orang lain seperti dengan sudut pandang dia. Kalau mau di ungkit sejarah, umat mayoritas di Indonesia ini sudah sangat toleransi ketika pengubahan pancasila pada piagam Jakarta. Yang mengubah 7 kata pada sila pertama. Jadi siapa yang mau dituduh? Barangkali banyak yang menurut penulis itu realitas, namun sebenarnya itu tidak ada

12. Suatu hari di masa depan, kita akan menceritakan pada anak cucu kita betapa negara ini nyaris tercerai-berai bukan karena bom, senjata, peluru, atau rudal, tapi karena orang-orangnya saling mengunggulkan bahkan meributkan warisan masing-masing di media sosial.
Ketika negara lain sudah pergi ke bulan atau merancang teknologi yang memajukan peradaban, kita masih sibuk meributkan soal warisan.
Kita tidak harus berpikiran sama, tapi marilah kita sama-sama berpikir.

Tanggapan: Nah setelah saya berpikir jadi lahirlah tulisan tanggapan ini.

Sebagai penutup, dalam tulisan ini penulis seolah sedang memaparkan anti thesis tentang keadaan kerusakan kebhinekaan, kerusakan toleransi, sentiment mayoritas vs minoritas, seolah agama menjadi sumber kekacauan. Namun pada hakikatnya hal yang seperti itu tidaklah ada dalam kenyataannya. Jadi penulis tersebut hanya menanggapi kondisi atau bisa jadi paranoid yang dia ciptakan sendiri atau bahkan itu adalah respon atas makna yang tidak selesai ditangkap oleh pengamatannya.

Penulis mengecam agama yang katanya sumber masalah karena merasa paling benar. Saya tegaskan tulisan afi tersebut juga sedang memaparkan kalau pendapat dia yang paling benar agama yang seperti itu salah. Jadi jangan setengah berpikirnya, salam ngopi !!

Lihat Juga

Tentang Andri Oktavianas

Koordinator #IndonesiaTanpaJIL Padang

Lihat Juga

Merajut Kebhinekaan Melalui Pendidikan Karakter Kebangsaan

serambiMINANG.com – Indonesia merupakan bangsa yang besar. Dengan semboyannya yang khas “Bhinneka Tunggal Ika”, yang bermaksud …

Tinggalkan Balasan

Menanggapi Tulisan Berjudul Warisan (Afi Nihaya Faradisa). Andri : Ini hanya paranoid belaka! - Serambi Minang